SRI HARTANTO | Energi Positif, Kerja Jujur, hingga Kenikmatan dari Tuhan

  April 18, 2024
SRI HARTANTO | Energi Positif, Kerja Jujur, hingga Kenikmatan dari Tuhan

  April 18, 2024

Semenjak perubahan organisasi Holding-Subholding Pertamina pada April 2021, tanggung jawab eksplorasi migas di setiap wilayah kerja (WK) beralih ke regional, dari sebelumnya di bawah General Manager (GM). Keputusan strategis ini bertujuan agar data eksplorasi memiliki cakupan yang lebih luas. Sri Hartanto, atau yang akrab disapa Ook, membagikan kisah bagaimana Fungsi Exploration senantiasa berupaya mencari sumber daya yang besar dan signifikan.

 

 

Pencarian sumber daya harus dilakukan secara konsisten guna memastikan keberlanjutan Perusahaan. Selain sisi perencanaan dan perizinan, secara teknis Fungsi Exploration memiliki strategi khusus untuk area eksplorasi migas. ”PHI-Regional 3 Kalimantan mengombinasikan pencarian cadangan migas dengan rasio 50 persen untuk cadangan migas besar dan 50 persen pengeboran di area atau lapangan yang sudah berproduksi,” ungkapnya. 

 

 

Pilihan strategi ini berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki. Pencarian cadangan besar seringkali berlokasi jauh dari fasilitas yang sudah tersedia, sehingga membutuhkan alokasi sumber daya yang lebih besar. Pada 2023, kegiatan eksplorasi lebih banyak dilakukan di Kutai Basin, Kalimantan Timur, yang termasuk wilayah Zona 8. Total aktivitas pengeboran sebanyak lima sumur eksplorasi. 

 

 

Menurut Ook, perencanaan yang matang menjadi kunci keberhasilan kegiatan eksplorasi yang efektif dan efisien. Terlebih lagi, setiap tahun selalu terjadi kenaikan biaya yang diperlukan, sementara tuntutan efisiensi semakin tinggi untuk mempertahankan nilai keekonomisan. Kebutuhan biaya paling dominan adalah peralatan pengeboran, termasuk sewa rig, lumpur, casing, dan semen. 

 

 

Kunci keberhasilan lainnya adalah terobosan atau inovasi. Salah satunya, kolaborasi pengeboran sumur pengembangan dan eksplorasi agar jauh lebih efisien. Setelah tim Development menentukan titik dan pemasangan rig pengeboran, tim Exploration mengusulkan pengeboran eksplorasi di titik yang sama. ”Bagian atasnya merupakan sumur pengembangan, sementara bagian bawah milik tim eksplorasi,” jelas Ook.

 

 

Melalui cara ini, apabila berhasil ditemukan cadangan, durasi kegiatan eksplorasi hingga produksi bisa satu tahun sesuai Plan of Development (POD). “Cara ini dilakukan di PHM pada 2022 dan mendapatkan big fish di atas 40 MMBOE. Jika sumurnya ada di onshore, bisa onstream sekitar dua tahun sejak fasilitas dibangun dan lima tahun untuk offshore,” jelasnya. 

 

 

Inovasi lainnya, lanjut Ook, adalah pembentukan tim yang bertugas memetakan cadangan se-Kalimantan sehingga dapat mengetahui basin yang masih memiliki cadangan migas dan mana yang sudah kosong. Tim ini juga berkonsultasi dengan para ahli guna mencari prospek baru di area brown field hingga akhirnya berhasil mendapatkan big fish.

 

 

Setelah temuan cadangan big fish dapat divalidasi menjadi 2C atau contingent resources, data tersebut diserahkan kepada tim pengembangan sehingga dapat diketahui jumlah cadangan yang dapat diproduksi (P) dengan fasilitas yang tersedia. “Jadi, apa yang di-generate oleh Fungsi Exploration, yang keluar nilainya tidak sama karena ada keterbatasan teknologi, fasilitas, dan lain-lain yang bisa mempengaruhi produksi,” jelas Ook. 

 

 

Salah satu tantangan teknis yang kerap dihadapi adalah ketersediaan rig. Solusi yang ditempuh, ”Dengan dukungan GM maupun VP di PHI-Regional 3 Kalimantan, sekarang kami selalu merencanakan sumur dua tahun sebelumnya sehingga rignya bisa bergantian dengan yang digunakan oleh tim Development, jelas Ook. Saat pengeboran di Peciko milik PHM, misalnya, menggunakan rig dengan spek 30-40 meter. ”Kami juga ikut di situ. Masalah rig yang mengantre itu bergantung bagaimana mengelolanya,” tambahnya.

 

 

Di samping kolaborasi internal, Fungsi Exploration juga sering bekerja sama dengan KKKS lain, terutama dalam hal pengeboran. Ini mengingat sekitar 80 persen program pengeboran di Indonesia dilakukan oleh Pertamina Group. Kolaborasi yang dilakukan dapat berupa sharing knowledge mengenai subsurface Kalimantan yang unik, peminjaman rig, tukar casing, hingga kontrak pengadaan bersama. 

 

 

Ook memastikan, Fungsi Exploration senantiasa mendukung upaya-upaya peningkatan produksi migas. Target 2C yang telah ditetapkan akan terus dicari. Struktur yang sudah dibor dan cadangannya terhitung kecil, data geologinya akan dibongkar dan dianalisis kembali. ”Misalnya, dari sumur sedalam 2.000 meter, ternyata di atasnya ada sumber daya. Atau, ada satu sumur yang dahulu hanya diambil minyaknya, sekarang cadangan gasnya dihitung karena berada di dekat PHM sehingga dapat ekonomis untuk diproduksi,” tambahnya.

 

 

Saat ini terdapat dua pengeboran sumur eksplorasi yang masih berlangsung sebagai kelanjutan program tahun 2023, ditambah lagi target dua sumur tahun ini. Dibandingkan tahun lalu, jumlah target pengeboran eksplorasi tahun ini lebih sedikit. Ook mengaku, keputusan bisnis ini merupakan salah satu strategi eksplorasi. “Sekarang bukan banyak-banyakan sumur, cukup 1-2 sumur tetapi efektif dan optimal. Kita mencari sumber daya yang besar dan signifikan untuk tahun ini,” tandasnya.

 

 

Pada usia sewindu PHI, Ook berharap Fungsi Exploration semakin semangat dan tetap sehat, serta dapat bekerja secara solid dengan fungsi lain. “Banyaklah bersyukur karena orang bersyukur akan positive thinking dan mengosongkan semua yang negatif. Dengan energi positif dan bekerja dengan jujur, maka semua sumber daya kenikmatan dari Tuhan akan keluar semuanya,” tuturnya. (*) 

DOWNLOAD