ACHMAD JAMALUDIN PERDANA | Keberagaman Adalah Kekuatan PHI
April 18, 2024
ACHMAD JAMALUDIN PERDANA | Keberagaman Adalah Kekuatan PHI
April 18, 2024
Bagi Achmad Jamaludin Perdana, atau yang akrab dipanggil AJ, penilaian kinerja di PHI terdiri dari dua, yakni produksi dan operasi. Produksi berhubungan dengan jumlah hidrokarbon, sedangkan operasi berkaitan dengan kinerja dalam mengoperasikan lapangan atau mengoperasikan fasilitas. Pengelolaan lapangan-lapangan tua (mature field) menghadirkan tantangan dan peluang tersendiri bagi PHI-Regional 3 Kalimantan.
Ada tiga faktor utama yang menyangkut kondisi lapangan mature di PHI-Regional 3 Kalimantan, yakni faktor reservoir, fasilitas, dan yang tidak kalah penting adalah manpower. “Ketiga faktor ini sudah mature,” tegas AJ. Menurutnya, faktor reservoir dan fasilitas memerlukan penanganan lebih intensif. Sedangkan faktor manpower, atau orang-orang yang mengoperasikan, justru menjadi sebuah keuntungan. Sebab, para Perwira PHI-Regional 3 Kalimantan memiliki kompetensi mumpuni dalam mengoperasikan lapangan tersebut.
AJ mengatakan, ketiga faktor itulah yang menjadi fokus utama Fungsi Production & Operations (PO). ”Kita harus melakukan inovasi dari sisi kesumuran atau well service activity untuk mencari metode tertiary recovery yang lebih andal, lebih baik, dan juga fasilitas yang beradaptasi dengan kondisi yang ada,” ungkap AJ. Misalnya, karena tekanan reservoir semakin menurun, PHI-Regional 3 Kalimantan harus selalu melakukan renew, refresh, rejuvenate fasilitas tersebut agar dapat beradaptasi dan mengeksploitasi potensi yang ada dengan lebih optimal.
Bagi AJ, Fungsi PO merupakan fungsi strategis yang tidak hanya memiliki tanggung jawab besar atas produksi dan operasi Perusahaan namun juga memiliki tantangan untuk mendukung lapangan atau zona dalam mengeksploitasi lapangan tersebut. “Apapun yang dibutuhkan oleh zona atau lapangan dalam hal produksi dan operasi, itu seharusnya dapat kami fasilitasi,” terangnya.
Selain tantangan operasional, maturity lapangan dan pengadaan rig, masih ada satu tantangan terbesar lainnya yakni bagaimana menjaga kompetensi, terutama mempertahankan manpower di zona. Beberapa tahun terakhir, Perwira yang memiliki kompetensi harus pindah tugas ke tempat lain. “Kita sangat kehilangan, sekaligus menjadi tantangan bagaimana caranya mengisi gap tersebut dengan competent person yang mengoperasikan lapangan,” ujar AJ.
Menurut AJ, biasanya yang menjadi isu utama dan menjadi pertimbangan kepindahan Perwira adalah terkait salary, working atmosphere, dan masalah keluarga. ”Karena itu, kita berupaya agar Pertamina atau PHI-Regional 3 Kalimantan itu agar menjadi lebih menarik sebagai lokasi kerja. Tidak hanya faktor salary, tetapi bagaimana memberikan suasana kondusif bagi Perwira untuk mengembangkan diri. “It's not all about the money, tapi juga tentang kenyamanan orang dalam bekerja. Kita harus sama-sama menjadikan PHI sebagai lingkungan kerja yang nyaman dan menarik sehingga para Perwira dapat mencurahkan potensi terbaiknya,” ujar AJ.
AJ pernah bertugas di Algeria selama lima tahun, tepatnya di Gurun Sahara. Menurutnya, salah satu keunggulan orang Indonesia adalah pekerja keras dan mengutamakan suasana kekeluargaan. Hal itu yang harus selalu dipupuk oleh PHI-Regional 3 Kalimantan. AJ menilai PHI-Regional 3 Kalimantan memiliki SDM yang unggul. Ini merupakan sebuah keunggulan kompetitif Perusahaan dalam mengarungi berbagai tantangan dan dinamika bisnis di masa depan, termasuk transisi menuju energi baru terbarukan.
PHI-Regional 3 Kalimantan memiliki tantangan semakin tinggi dalam pengelolaan aset yang sedemikian besar dan kompleks. Asetnya tidak hanya wilayah kerja, tetapi juga para pekerjanya. Di Fungsi PO sendiri, misalnya, ada sekitar 1.700 orang yang harus ia kelola pengembangan kariernya. “Hal ini sangat menantang dan memerlukan apa yang disebut sebagai agility atau kelincahan/ kegesitan,” kata AJ.
Di lini performance operation, menurut AJ, PHI-Regional 3 Kalimantan berada di top atau peak akan tetapi menghadapi tantangan penurunan alamiah. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan dedikasi dari seluruh elemen di PHI-Regional 3 Kalimantan. “Saya cukup optimistis bahwa PHI-Regional 3 Kalimantan ke depannya akan menjadi lebih baik di tengah berbagai tantangan yang dihadapi,” terang AJ.
AJ juga menekankan terkait penerapan HSSE. Menurutnya, dalam lini operasi dan produksi perusahaan migas, HSSE merupakan ultimate KPI yang harus dicapai. HSSE bersifat paramount untuk menjaga keberlangsungan operasi Perusahaan. AJ menjelaskan, target jangka pendek Fungsi Produksi dan Operasi ada dua, yakni occupational safety dan safety engineering atau sering juga disebut process safety. “Persetujuan Fungsi Produksi dan Operasi terhadap rencana kerja di lapangan harus sudah mempertimbangkan process safety,” tegas AJ.
Pada usia PHI-Regional 3 Kalimantan yang menginjak sewindu, AJ bangga karena bisa “pulang kampung”. Ia bekerja kembali di tempat dimana ia dilahirkan. Bagi AJ, etos kerja Perwira PHI-Regional 3 Kalimantan cukup tinggi dan timnya sangat solid serta berdedikasi pada pekerjaannya. Dengan adanya tim yang solid dan berdedikasi, PHI-Regional 3 Kalimantan dipandang mampu untuk terus mencari inisiatif atau terobosan baru dalam meningkatkan produksi dan operasi Perusahaan.
AJ berharap PHI-Regional 3 Kalimantan tetap mampu menjaga apa yang sudah dimiliki dan bahkan terus melakukan terobosan dan inovasi. Ia juga berpesan agar Perwira selalu berfikir di luar dari kebiasaan atau rutinitas. “Jadi, kalau orang bilang out of the box, tapi buat saya adalah outside the box. Di PHI-Regional 3 Kalimantan bukan lagi out of the box tapi outside of the box,” tegas AJ.
Dalam melihat keberagaman di Perusahaan, AJ berpendapat bahwa akan selalu ada peluang bagi PHI-Regional 3 Kalimantan yang merupakan melting pot keberagaman sistem dan keahlian. “Keberagaman itu akan memperkaya sudut pandang diskusi dalam upaya menemukan ultimate solution atau solusi terbaik,” pungkasnya. (*)