JOHN ANIS | Ingin Jadikan PHI-Regional 3 Kalimantan Semakin Kuat dan Berkinerja Unggul
April 18, 2024
JOHN ANIS | Ingin Jadikan PHI-Regional 3 Kalimantan Semakin Kuat dan Berkinerja Unggul
April 18, 2024
Perjalanan PHI-Regional 3 Kalimantan dalam delapan tahun terakhir diwarnai dengan kehadiran 3 sosok direktur utama, dan yang terakhir adalah John Anis. Di edisi spesial ini, John Anis mengungkapkan pengalaman pribadi atas perjalanan kariernya dan juga pandangannya selaku pimpinan tertinggi PHI-Regional 3 Kalimantan.
Sebagai Direktur Utama, apa tantangan yang dihadapi PHI-Regional 3 Kalimantan?
Tantangan utama di PHI-Regional 3 Kalimantan adalah lapangan-lapangan migas yang sudah mature dan memerlukan perlakuan khusus sehingga membutuhkan biaya yang lebih tinggi. Kita harus mampu memaksimalkan produksi dari cadangan yang tersisa namun tetap ekonomis.
Penurunan produksi minyak dan gas secara alamiah di lapangan migas yang sudah mature pasti akan terjadi. Justru, terkait kondisi ini, dukungan Pertamina luar biasa besar. Hal ini tampak dari investasi kapital untuk Blok Mahakam tidak ditahan-tahan. Jika tidak ada investasi berupa pengeboran sumur-sumur baru, maka dapat dipastikan produksi migas Blok Mahakam saat ini akan terus menurun secara signifikan.
Kita perlu bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah yang memahami kondisi dan tantangan yang kita hadapi dengan menyetujui pemberian insentif migas, berupa perbaikan fiscal term yang mendukung kemampuan perusahaan untuk terus berinvestasi.
Ada tiga strategi besar PHI-Regional 3 Kalimantan dalam memaksimalkan dan mencari tambahan produksi dari kegiatan eksplorasi serta eksploitas. Pertama, memanfaatkan baseline dengan bantuan pemerintah. Kalau produksi migas bisa naik tentu sangat baik, tetapi yang terpenting adalah perusahaan dapat bertahan lebih panjang. Kedua, melakukan kegiatan eksplorasi untuk menambah cadangan dan tingkat produksi dengan mencari sumber migas yang baru, besar atau kecil, tetapi bisa diproduksikan menggunakan teknologi terbaru. Ketiga, pemanfaatan teknologi baik berupa enhanced oil recovery (EOR) maupun secondary recovery. Meskipun tidak mudah, eksplorasi ini memungkinkan adanya discovery. Pengeboran di Blok Mahakam diharapkan menemukan cadangan yang besar. Penemuan di West Ganal oleh ENI menambah keyakinan untuk menemukan cadangan-cadangan besar di wilayah tersebut.
Bagaimana strategi-strategi tersebut dijalankan?
Pengelolaan lapangan-lapangan yang sudah mature mendorong kita di PHI-Regional 3 Kalimantan untuk menjalankan pendekatan strategis. Terutama dalam memilih proyek-proyek migas yang dapat memberikan pengembalian investasi terbaik sesuai dengan kondisi lapangan migas. Kita menerapkan prinsip OTOBOSOR (On Target, On Budget, On Scope/Spec/Safety, On Return/Regulation) di setiap proyek hulu migas Perusahaan agar dapat memelihara keekonomian proyek migas.
Selain itu, kita menjalankan strategi borderless dalam kegiatan pengeboran di wilayah-wilayah kerja yang beririsan guna mengembangkan potensi sumber daya, meningkatkan cadangan serta produksi migas Perusahaan. Hal ini sebelumnya sulit dilakukan mengingat berbeda operatornya, namun dengan pengelolaan yang sama di bawah PHI-Regional 3 Kalimantan, kita bisa melakukannya.
Kita menerapkan praktik-praktik engineering terbaik di industri hulu migas nasional maupun global dalam memelihara reliabilitas fasilitas operasi dan produksi migas Perusahaan. Kita juga menerapkan inovasi dan teknologi untuk dapat meningkatkan recovery rate sumur-sumur migas onshore dan offshore di wilayah Kalimantan.
Alhamdulillah, kita berhasil memproduksikan cadangan-cadangan yang kecil dengan menggunakan teknologi baru sehingga tingkat keekonomiannya tetap terjaga. Shallow gas atau gas dangkal yang umum dijumpai pada sedimen dasar laut sudah dapat kita produksikan. Kita terus melakukan inovasi, antara lain melakukan pengeboran dengan peralatan yang lebih kecil untuk gas di lokasi yang sangat dangkal tapi menyebar.
Kita juga berupaya menekan biaya operasional dengan melakukan efisiensi dan optimalisasi biaya di seluruh siklus bisnis melalui penerapan praktik-praktik terbaik, inovasi, dan teknologi yang dapat meningkatkan keselamatan, kecepatan, serta mengurangi biaya pengeboran. Misalnya, jika selama ini pengeboran membutuhkan waktu selama 30 hari, kita terapkan teknologi agar mampu menjadi 20 hari atau lebih cepat lagi. Caranya dengan melakukan pengeboran paralel maupun menerapkan teknik atau cara kerja baru untuk menurunkan dan mengefisiensikan anggaran pengeboran dengan hasil yang sesuai rencana.
Contoh lainnya, kita berhasil mengurangi biaya penyediaan fuel atau bahan bakar diesel untuk kapal. Salah satu pilot project adalah penggunaan LNG untuk crew boat dengan inovasi Dual Diesel Fuel (DDF). Penggunaan LNG akan berdampak pada efisiensi biaya dan secara lingkungan lebih sehat karena emisi karbonnya rendah. Dengan jumlah kapal di Blok Mahakam dan PHKT sekitar 400 lebih, serta biaya operasional crew boat sekitar 10-15% dari opex fuel maka inovasi ini memiliki dampak signifikan jika dapat diterapkan di seluruh kapal.
Efisiensi juga kita lakukan pada biaya logistik, cementing, drilling fluid, dan lain-lain, termasuk biaya pengerukan pelabuhan dengan alternatif yang lebih hemat, seperti penggunaan vacuum cleaner. Artinya, kita harus kreatif.
Bagaimana pandangan Bapak terhadap masa depan PHI-Regional 3 Kalimantan?
Dalam pandangan saya, PHI-Regional 3 Kalimantan memiliki peran strategis dalam menyediakan produksi migas untuk mendukung ketahanan energi nasional. Posisinya bahkan sangat penting terutama bagi Kalimantan dimana industri kilang, pupuk, dan petrokimia akan terdampak apabila produksi migas kita mengalami gangguan.
Contohnya, Wilayah Kerja (WK) Mahakam. WK Mahakam masih menyimpan cadangan gas yang cukup besar, namun untuk memaksimalkan recovery factor-nya memiliki tantangan yang luar biasa. Namun sepanjang memiliki teknologi yang tepat, saya yakin kita bisa memaksimalkan produksi dari WK ini.
Selain itu, kehadiran perusahaan kita memberikan kontribusi dan multiplier effect yang sangat besar bagi masyarakat dan negara. Penyediaan energi, lapangan kerja, pengembangan ekonomi dan bisnis setempat, peningkatan kapasitas nasional, serta pendapatan bagi negara dan pemerintah daerah merupakan multiplier effect keberadaan operasi kita. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita memastikan PHI-Regional 3 Kalimantan bisa terus beroperasi dan memproduksi migas hingga puluhan tahun mendatang.
Saya percaya bahwa PHI-Regional 3 Kalimantan bisa menjadi andalan dan pusat referensi pengelolaan migas yang selamat, andal, efisien, patuh, serta ramah lingkungan. Kita bisa sebut PHI-Regional 3 Kalimantan sebagai Darling Company.
Apa harapan Bapak untuk Perwira PHI-Regional 3 Kalimantan?
Saya berharap agar seluruh Perwira tetap optimistis dan semangat. Dengan aset hulu migas yang menantang, saya yakin pasti tetap ada peluang untuk berhasil. Pepatah Cina menyebutkan bahwa tantangan bisa menjadi hambatan atau kesempatan. Jadi, kita mau pilih yang mana?
Saya mendorong setiap Perwira untuk terus mengembangkan diri dengan meningkatkan kemampuan, berinovasi, dan menerapkan teknologi yang tepat. Terkait hal ini, Perusahaan membuka peluang lebar dan memberikan dukungan sumber daya, termasuk pendanaan yang diperlukan. Saya dan jajaran manajemen puncak akan terus mendukung pengembangan pekerja.
Para Perwira harus mampu memotivasi dirinya untuk bekerja dengan sepenuh hati agar mencapai kinerja unggul. Kita bisa mencontoh para pekerja di Jepang dimana mereka selalu menggunakan hati dan kedisiplinan yang luar biasa.
Menurut saya, kita semua mempunyai peluang untuk belajar sisi positif dari negara lain. Para Perwira bisa sejajar dengan para profesional dari negara lain. Mencontoh dari apa yang dilakukan Jepang pada Era Restorasi Meiji, mereka bisa menyejajarkan diri dengan orang kulit putih. Jepang disebut bangsa “banana” karena berkulit kuning, tapi pikirannya sangat barat dengan kemauan untuk belajar yang tinggi.
Adakah hal spesifik yang ingin Bapak wujudkan di PHI-Regional 3 Kalimantan?
Saya ingin membentuk SDM yang mumpuni, menjadi center of excellence, bekerja profesional dengan motivasi kerja tinggi. Selain itu, saya ingin mendorong para Perwira untuk memiliki mindset bekerja maksimal dan sepenuh hati.
Saya akan memastikan terbangunnya budaya berinovasi dalam segala aspek bisnis dan operasi perusahaan. Saya ingin meninggalkan legacy dalam hal penggunaan teknologi, cara perekrutan tenaga kerja lokal, dan pengembangan UMKM yang menjadi best practices serta inspirasi bagi Perusahaan lain. (*)
Mengenal Lebih Dekat Sosok John Anis
Jabatan atau Penghasilan Itu Konsekuensi dari Kerja Keras dan Kontribusi
Setelah lulus kuliah di Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1991, John Anis langsung diterima bekerja di Schlumberger. Pada tahun berikutnya, John menjadi Wireline and Logging Field Engineer di perusahaan tersebut.
Dahulu, bagi anak yang baru lulus sekolah teknik, bekerja di Schlumberger merupakan kebanggaan tersendiri. Begitu juga bagi John muda karena berpeluang bekerja di luar negeri dan merasakan kompetisi global. Saat itu motivasinya untuk belajar sebanyak mungkin dari orang-orang lain lebih tinggi dibandingkan motivasi lainnya. John berkesempatan menjadi salah satu dari 3 peserta asal Indonesia pada pelatihan bersama 12 peserta lainnya dari Jepang, Amerika Serikat (AS), Rusia dan Inggris di Training Center (TC) Medan. John Anis berhasil lulus terbaik kedua dan ditempatkan di Jepang selama dua tahun.
John memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan bekerja kantoran di Hewlett Packard (HP). John mengaku dirinya lebih bisa menikmati pekerjaan di lapangan sehingga John menyambut gembira kesempatan bekerja di Total E&P Indonesie yang mengelola Blok Mahakam pada 1996. Di Total, John Anis ditempatkan pada bagian maintenance, terutama pada electronic instrument control system. Selama di Total, lebih dari 50% masa kerjanya dihabiskan di luar negeri. Sekitar lima tahun di Prancis, dua tahun on-off Indonesia-Prancis, dan pernah ditugaskan ke Yaman selama tiga tahun untuk proyek LNG.
John berhasil meraih karier cemerlang karena memiliki passion terhadap pekerjaannya. “Ini yang ingin saya share ke teman-teman di PHI-Regional 3 Kalimantan bahwa yang paling penting dalam bekerja adalah sesuai dengan background kita dan menguasai serta menyenangi pekerjaan itu. Dari awal kita harus memiliki passion,” tegasnya.
John meyakini bahwa di tahap tertentu dalam karier, pekerja harus memilih menjadi seorang profesional atau masuk ke jenjang leadership. Baginya, menjadi pakar dalam aspek kompetensi teknis merupakan dunianya karena hampir semua aspek telah dikuasai. “Terlalu lama berada di zona nyaman akan membuat kita merasa bosan karena tidak menemukan tantangan baru,” katanya.
Menurutnya, memasuki jalur struktural (leadership) kita harus banyak belajar hal-hal baru. “Di level manajerial, penguasaan aspek teknis memang penting tapi kemampuan soft skill juga penting. Aspek teori dan pola pikir dapat dipelajari tapi praktiknya tidak sama. Efektivitas kepemimpinan berasal dari pengalaman. Misalnya cara menangani tim yang berisi orang Prancis atau Yaman dengan karakter berbeda membutuhkan cara pengelolaan yang tidak sama,” jelas John.
Untuk meningkatkan soft skill, John suka menantang diri sendiri dengan terus belajar kelebihan dan kekurangan yang ada di perusahaan. Ketika berada di manajemen level atas, hal yang paling penting adalah strategic thinking, yaitu bagaimana meramu seluruh resources dengan konteks berbeda-beda untuk mencapai tujuan perusahaan. John pun selalu menantang diri sendiri untuk meraih target tertentu. “Kalau tidak ada target, kita akan bekerja seperti layang-layang putus,” tutur John.
Baginya, mencapai level struktur tertentu maupun mengejar kenaikan gaji bukanlah sebuah target. “Jabatan atau penghasilan itu konsekuensi dari kerja keras dan kontribusi bagi perusahaan. Jadi, apabila posisi naik pasti ada tanggung jawab, karena itu berarti orang percaya pada kemampuan kita. Buktikan dulu kalau kamu bagus, setelah itu level jabatan atau gaji pasti akan naik,” katanya.
Sebagai pemimpin, John berprinsip untuk senantiasa memberikan kontribusi yang terbaik bagi perusahaan, bangsa, dan negara, termasuk bagi masyarakat dimana perusahaan beroperasi. Menurutnya, kontribusi perusahaan kepada daerah harus nyata dan dirasakan oleh pemerintah daerah serta masyarakat. Artinya, operasi dan bisnis PHI-Regional 3 Kalimantan harus efisien dan memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan.
Selain itu, dalam menghadapi berbagai dinamika dan permasalahan Perusahaan, prinsip John adalah untuk selalu fokus terhadap solusi-solusi yang dapat mengantarkan pada penyelesaian, baik jangka pendek maupun panjang.
Meskipun bekerja keras dalam mengelola perusahaan, John tidak melupakan hobinya untuk berolahraga dan bernyanyi. Olahraga yang digemarinya adalah bulutangkis, renang dan golf. “Saya bermain golf untuk melatih kesabaran dan ketenangan serta menikmati kebersamaan dengan rekan atau sahabat,” tutup John.(*)