ADRIANSYAH | Bukan Mempertahankan Aset, tapi Capacity dan Capabilty

  April 18, 2024
ADRIANSYAH | Bukan Mempertahankan Aset, tapi Capacity dan Capabilty

  April 18, 2024

Dalam edisi spesial HUT ke-8 PHI-Regional 3 Kalimantan, tim redaksi berkesempatan mewawancarai Komisaris Utama, Adriansyah, di antara kesibukan beliau melakukan pengawasan terhadap kinerja perseroan.

 

 

Bagaimana Bapak melihat perjalanan sewindu PHI-Regional 3 Kalimantan? 

 

 

Dalam tiga tahun terakhir saya di sini, secara umum PHI-Regional 3 Kalimantan sudah berada dalam jalur yang benar. Hal ini dibuktikan dengan kemampuannya melaksanakan komitmen manajemen terhadap pemegang saham sesuai dengan yang tertuang dalam RKAP.

Sebagai suatu melting pot yang mengelola beragam aset dengan sumber daya dan sistem yang berbeda, PHI-Regional 3 Kalimantan telah berhasil untuk membangun sinergi antara anak-anak perusahaan dan afiliasinya. 

Kita mengelola aset-aset terpisah dalam satu kesatuan sehingga ada beberapa hal yang bisa dioptimalisasikan. Saya rasa dari aspek sinergi dan optimalisasi, PHI-Regional 3 Kalimantan sudah membuat terobosan yang baik. 

Selama menjabat sebagai Komisaris Utama dalam 3 tahun terakhir, saya berinteraksi dengan dua Direktur Utama PHI-Regional 3 Kalimantan, yakni Pak Chalid (Chalid Salim Said, red) dan Pak John (John Anis, red). Pak Chalid background-nya Pertamina EP, sementara Pak John Pertamina HM. Dari komunikasi dengan keduanya saya melihat bahwa kedua sosok tersebut memiliki kesamaan visi. 

Saya melihat Pak John dan Pak Chalid mempunyai pikiran yang sama, bahwa kita harus menjadikan PHI-Regional 3 Kalimantan sebagai satu kesatuan yang terintegrasi dan berkembang secara signifikan. Pak Chalid dengan background PEP barangkali memiliki way of thinking yang berbeda namun tujuannya sama. Sementara Pak John dengan background PHM memiliki preferensi yang berbeda namun keduanya memliki kesamaan visi dengan aspirasi Pertamina untuk menjadi pemimpin di industri energi ini. Itu yang kita dorong. 

Kita beruntung diberikan amanah untuk mengelola aset yang sudah mapan. Misalnya PHM, yang dari sisi aspek kemampuan teknis banyak dijadikan sebagai referensi, bukan hanya untuk Pertamina saja. Kita bisa melihat mana yang harus dijadikan referensi dan direplikasi di tempat lain terkait operasional drilling, teknik produksi, HSSE, manajemen, dan pengelolaan SDM.

 

 

Apa yang harus disiapkan oleh PHI-Regional 3 Kalimantan untuk menyongsong era transisi energi?

 

 

Transisi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) merupakan sebuah keniscayaan, dimana gas akan menjadi energi transisi karena lebih bersih daripada minyak. Transisi energi tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba dan harus bertahap, sehingga sebagai perusahaan migas, kita harus siap menghadapinya.

Saya percaya bahwa minyak dan gas bisa habis tapi tidak dengan pengetahuan. Membangun PHI-Regioanl 3 Kalimantan bukan hanya untuk mengelola aset yang ada saat ini saja, tetapi menghasilkan value-nya jauh lebih besar melalui keahlian dan skill yang melekat pada pekerja dan manajemennya. Keahlian, sistem kerja, teknologi itu melekat pada kita dan harus terus dipupuk menjadi dengan aset yang penting untuk langkah kita selanjutnya.

Saat kita tidak lagi memiliki aset berupa lapangan migas di WK saat ini, kita bisa bergerak ke bidang lain, jenis energi yang berbeda, bahkan kita bisa ke luar negeri mengelola aset disana selama mempunyai kemampuan lebih dari orang (pihak lain). Jika melihat negara maju, misalnya Prancis, negara mereka hampir tidak memiliki sumber daya alam, namun mereka mempunyai skill yang bisa digunakan untuk mengembangkan sumber daya alam di tempat lain.

Penurunan produksi migas bukan berarti kita berhenti memupuk kompetensi. Justru kompetensi menjadi aset yang paling berharga yang akan mendukung sustainability perusahaan. Kalau misalkan aset PHI-Regional 3 Kalimantan habis, apakah Perusahaan kita bubar? Tentu tidak karena kita mempunyai aset lebih berharga, yakni sistem dan keahlian yang sudah teruji dan terbukti. Jika memiliki aset berupa sistem dan kompetensi, kita bisa mencari lapangan di lokasi lain di dalam negeri atau luar negeri dengan efektivitas dan efisiensi yang tinggi dibandingkan perusahaan atau operator lain.

Kalau melihat Pertamina sekarang sebagai energy company, yang kita bawa bukanlah aset, melainkan orang, sistem, pengetahuan, dan teknologi. Kita akan tertinggal jika hanya mempertahankan pengelolaan aset berupa lapangan migas saat ini. Akan berbeda apabila fokus kita adalah tentang mempertahankan dan mengembangkan capacity serta capability.

Contohnya teknologi LNG dimana Indonesia merupakan yang pertama sebagai eksportir dan orang-orang yang bekerja di LNG rata-rata alumni dari hulu migas. Tantangan berikutnya adalah apakah Pertamina bisa seperti Total atau Exxon, dimana kita datang ke negara lain untuk mengelola karena mampu mengerjakan secara ekonomis.

Seiring visi PT Pertamina (Persero) sebagai energy company, bukan hanya migas, tentu harus diikuti dengan kehadiran sumber daya manusia yang inovatif dan kreatif, termasuk Perwira PHI-Regional 3 Kalimantan.

 

 

Apa dukungan Bapak kepada BoD dalam meningkatkan kinerja?

 

 

Kita memiliki mekanisme rutin setiap bulan dengan BoD dan manajemen untuk membahas kinerja Perusahaan. Selain kinerja, kita pun membahas bagaimana membuat terobosan, perbaikan, dan perubahan yang harus dilakukan sehingga PHI-Regional 3 Kalimantan bisa terus mempertahankan kinerja sesuai rencana. 

Untuk mendukung kinerja yang unggul kuncinya adalah komunikasi. Meskipun ada pertemuan rutin formal, kita juga berkomunikasi secara informal, kapanpun. BOC mempunyai pertemuan setiap Rabu, biasanya membahas PHI-Regional 3 Kalimantan khusus atau yang di BOC saja. Sebagai perpanjangan tangan dari pemegang saham, kita memastikan aspirasi itu dijalankan oleh BOD.

Dewan Komisaris, baik sendiri maupun bersama BOD menjalankan Management Walkthrough (MWT) secara rutin. Biasanya kita membuka sesi diskusi. Ada topik tertentu yang dibahas namun kita juga membuka topik diskusi umum, seperti apa dirasakan oleh Perwira dan menjadi bottleneck dalam pekerjaan. Salah satu komisaris kita, Pak Mirza yang juga adalah Direktur Teknik Lingkungan di Kementerian ESDM, terbiasa berkomunikasi dengan pekerja secara langsung maupun tidak langsung mengenai topik HSSE. 

Dewan Komisaris terus mendorong agar terjadi integrasi PHM, PHSS, PHKT, PEP Aset 5 dan aset-aset dari PHE dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Saya ingin ada warna unik PHI-Regional 3 Kalimantan dalam sistem, aplikasi, dan proses bisnis secara menyeluruh, bukan lagi warna yang lain. Saya percaya bahwa bentuk pengelolaan aset di PHI-Regional 3 Kalimantan bisa mempunyai satu warna saja yang disebut warna PHI. Warna PHI ini mengambil semua kekuatan yang ada dan menghilangkan kelemahan sehingga dapat dibuat suatu sistem terintegrasi di PHI sebagai holding atau nakhodanya. Ini yang perlu digarap lebih serius.

 

 

Bagaimana pandangan dewan komisaris terkait program pengembangan masyarakat?

 

 

PHI-Regional 3 Kalimantan telah melakukan program CSR yang memberikan dampak signifikan. Saya telah secara langsung berkunjung dan melihat beberapa contoh program CSR yang sudah dijalankan oleh Perusahaan. Pelaksana program CSR di lapangan sudah sangat mengerti bahwa program CSR merupakan bagian dari komitmen dan obligasi Perusahaan terhadap masyarakat serta lingkungan dimana kita beroperasi.  

Program CSR PHI-Regional 3 Kalimantan juga sejalan dengan kebijakan dan aspirasi Pertamina untuk terus mendukung pengembangan masyarakat agar mandiri. Sekali lagi saya katakan, ini bukan sekedar suatu kewajiban tapi suatu enabler agar kita dapat menjalankan operasi hulu migas yang mendapat dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.

Dewan Komisaris mendorong bukan soal angka bantuan saja tapi partisipasi seluruh pemangku kepentingan yang ada di wilayah itu sehingga program bisa dijalankan dengan sukses dan mencapai kemandirian. Itulah cara kita memberdayakan masyarakat dengan pendekatan terbaik.

 

 

Apa pendapat bapak tentang pencapaian proper emas di PHI-Regional 3 Kalimantan?

 

 

PROPER Emas ini menjadi wujud pengakuan pemerintah, terutama KLHK, atas komitmen dan kinerja pengelolaan lingkungan dan pengembangan masyarakat melebihi aspek kepatuhan yang berhasil dijalankan oleh PHI-Regional 3 Kalimantan.

Komitmen ini telah dimiliki oleh Pertamina sejak lama. Kita meyakini bahwa di manapun kita beroperasi, kita ini menjadi enabler bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah operasi agar bisa berkembang maju dan mandiri bersama dengan perkembangan bisnis Perusahaan. Saya merasa komitmen ini melekat dalam diri kita.

Saya bangga bahwa dalam 3 tahun terakhir kita berhasil meraih total 12 PROPER Emas dan menjadi salah satu kontributor terbanyak peraihan PROPER Emas di lingkungan Pertamina (Persero).

 

 

Apa saran bapak agar SDM kita terus berkembang?

 

 

Kita tidak boleh mengendurkan semangat untuk terus belajar dan membuat sistem menjadi lebih baik dan efisien. Dengan kesadaran bahwa energi alternatif adalah sebuah keniscayaan, seluruh Perwira harus siap menghadapi perubahan ke arah tersebut. Mindset-nya jangan seperti katak dalam tempurung sehingga terus belajar hal-hal baru, berinovasi ke arah perubahan yang akan terjadi, dan siap untuk berkompetisi dengan orang-orang atau perusahaan lain.

 

 

Sebagai komisaris utama, kira-kira apa yang paling membanggakan tentang PHIi-Regional 3 Kalimantan?

 

 

Saya bangga karena aspek keselamatan kerja merupakan topik yang paling sering dan lama menjadi bahan diskusi antara Dewan Komisaris dan Direksi. Hal yang mendasari diskusi ini adalah tentang kepedulian dan keyakinan bahwa kinerja operasional yang bagus hanya akan tercapai apabila aspek keselamatan terjaga. Selain itu, aspek kemanusiaan atau humanity dimana kita sayang dengan seluruh Perwira dan mitra kerja, serta tidak mau ada kejadian insiden keselamatan sekecil apapun. Kita ingin setiap orang pergi ke tempat kerja dan kembali ke rumah dan keluarganya dalam kondisi sehat dan selamat. 

Inilah yang sebetulnya membuat saya bangga karena menempatkan “human” menjadi aspek paling tinggi. Aspek kinerja atas Key Performance Indicators (KPI) yang lain bisa saja mengalami penurunan, namun bagi saya yang terpenting aspek HSSE tetap bagus. Kalau boleh kita ibaratkan, kuliah HSSE ini bisa mencapai 10 SKS. Fokus terhadap HSSE di PHI-Regional 3 Kalimantan membuat saya bangga apalagi jika sistem kita menjadi referensi bagi orang lain karena banyak terobosan teknologi yang unik dijalankan.(*)

DOWNLOAD