SOSOK PERWIRA | Dedikasi Tinggi Menjaga Keandalan Asset
September 20, 2022
SOSOK PERWIRA | Dedikasi Tinggi Menjaga Keandalan Asset
September 20, 2022
Mengelola aset di lapangan yang mature memerlukan dedikasi yang tinggi. Tidak hanya satu, melainkan banyak pihak, memberikan dedikasi dalam menjalankan tugasnya dan memastikan keandalan aset-aset di Regional 3 Kalimantan sehingga mampu menjadi sarana maupun prasana untuk mencapai visi dan misi Perusahaan. Sosok Perwira Energia Kalimantan kali ini akan mengenalkan rekan-rekan Perwira yang secara aktif bertugas untuk menopang keandalan aset Regional 3 Kalimantan.
Bagi Andrie Wira Kharisma Mahardika, Senior Supervisor Mechanical Bunyu Field, pekerjaan menjaga keandalan aset di lapangan tua, sudah menjadi bagian dari kesehariannya. Ia memulai karir di Pertamina sejak 12 tahun silam, saat ini bertugas untuk melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap pemeliharaan untuk kegiatan mekanik di Bunyu Field.
Setidaknya 65 peralatan critical dan ratusan peralatan non critical harus Andrie jaga, agar alat tersebut aman, sesuai, dan tepat waktu untuk penggunaannya Mulai dari rotating equipment (engine, pompa, dan kompresor), hoist, alat berat, pipeline, hingga vessel, harus dipastikan seluruhnya dalam kondisi yang baik. Tugasnya tentu tidaklah mudah, mengingat apabila terjadi shut down dari peralatan tersebut, khususnya untuk peralatan critical, besar potensi untuk terjadinya lost production opportunity (LPO).
Tantangan khusus pun Andrie akui ketika saat beberapa peralatan dinilai perlu untuk dilakukan penggantian, namun penggantiannya terkendala budget. Menghadapi hal ini, ia pun harus memberikan solusi melalui upaya troubleshooting, hingga tindakan korektif. “Hal yang paling menjadi prioritas tentunya sisi HSSE,” ungkap Andrie yang sudah malang melintang bertugas di lapangan migas, mulai dari lapangan Pangkalan Susu, Lirik, hingga ke Bunyu.
Andrie juga bercerita bahwa dirinya selalu antusias bekerja, mengingat pekerjaannya saat ini merupakan cita-citanya sejak kecil. Dirinya yang asli Balikpapan, merasa bahwa pekerjaan di bidang tambang atau minyak dan gas merupakan pekerjaan yang menantang dan sekaligus prestisius. Oleh karena itu, sejak SMA, Andrie pun sudah membulatkan tekadnya untuk memilih jurusan teknik mesin. Pucuk dicinta ulam pun tiba, ia diterima di Universitas Brawijaya tahun 2002, yang kemudian mengantarkan dirinya hingga ke Pertamina. Menurutnya, kesuksesan dalam meraih cita-cita dan menjalani hidup tidak lepas dari berkat Tuhan. “Jalani hidup dengan takut akan Tuhan,” ujarnya.
Pengalaman yang paling berkesan saat menjalankan pekerjaannya, menurut Andrie baru saja dialaminya di Bunyu. Pada waktu itu, Bunyu Field tengah melakukan kegiatan operasi, dan membutuhkan spare part.
Meski demikian waktu proses pengiriman membutuhkan waktu hingga 14 minggu. Di saat yang bersamaan, diketahui bahwa Terminal Lawe-Lawe di Zona 10, memiliki spare part yang sedang dalam proses pengiriman, hingga singkat cerita Bunyu Field dapat meminjam spare part dari Terminal Lawe-Lawe. “Sebelumnya, Saya nggak pernah terbayang ada sinergi atau hubungan kerja dengan PHKT. Dengan reorganisasi, kini dari PEP bisa kerja sama dengan PHKT,” ujar Andrie yang mengaku sangat “menikmati” proses borderless Pertamina saat ini.
Kendala dan tantangan juga senantiasa dihadapi Andrie, khususnya pada saat masa pandemi COVID-19. Untuk Bunyu Field yang menerapkan sistem on dan off duty, perubahan pola kerja juga menjadi tantangan tersendiri. Pada waktu normal, 2 minggu on duty, dan 2 minggu off duty. Namun semenjak COVID-19, Andrie harus terus ikhlas berpisah dengan keluarga selama 4 minggu full karena perubahan pola kerja menjadi 4 minggu on duty, dan 4 minggu off duty. Tidak hanya itu, kondisi Bunyu yang cukup remote, menjadikan tenaga medis pun harus didatangkan dari luar kota. Perwira yang berasal dari luar Bunyu, diwajibkan untuk karantina 10 hari sebelum bisa “turun” ke lapangan.
Kendati banyak tantangan yang dihadapi di lapangan yang remote, Andrie mengaku tetap siap dan senang dalam menjalani pekerjaannya di Bunyu. “Hal yang paling mengesankan dari Bunyu Field adalah kekeluargaannya yang tinggi,” pungkas Andrie. Dirinya pun berharap, situasi COVID-19 bisa segera mereda, dan pekerjaan bisa dilakukan secara normal. Di samping itu, ia juga memiliki banyak harapan terhadap perusahaan, mulai dari persoalan RASCI, hingga harmonisasi.
Tidak hanya sigap dalam melakukan pekerjaan, Andrie juga aktif di organisasi Perusahaan. Saat ini, Andrie tergabung sebagai pengurus Bakorumkris dan juga Serikat Pekerja Pertamina EP. Untuk hobi, ia sangat menyukai membaca buku, khususnya buku psikologi dan biografi. Man’s Search for Meaning dari Viktor Frankl, merupakan buku favoritnya. Untuk aktivitas fisik, sosok ini memilih inline skate sebagai kegemarannya..
Khoirunnas anfauhum linnas (sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain), menjadi kalimat yang senantiasa memacu semangat Fauzan Muttaqin. Meski mengawali karirnya di dunia aviasi, Fauzan mengaku selalu antusias bekerja di dunia minyak dan gas. Baginya, bekerja di Pertamina, sejatinya juga memberikan manfaat kepada orang banyak.
Saat ini, Fauzan bertugas sebagai Sr Supervisor East Kal Pipepline Ops Zona 8. Ia diamanahi untuk menjamin keandalan operasi dari jalur pipa yang menyalurkan gas maupun crude oil dari produsen di Kalimantan Timur, seperti: Pertamina Hulu Mahakam (PHM), Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), Badak LNG, dan entitas lain yang terkait seperti Pertagas.
Fauzan pun bercerita bahwa terdapat puluhan pipa berukuran 6 inci hingga 24 inci yang masuk ke dalam pengawasannya. Pipa tersebut membentang dalam right of way (ROW) Handil hingga ke Bontang, sepanjang 130 kilometer. Ditambahkannya, bahwa pipa-pipa tersebut merupakan pipa-pipa yang pengawasannya juga dilakukan oleh berbagai entitas sesuai dengan Pipeline Operations Maintenance Agreement (POMA), mengingat cluster bisnis migas di Kalimantan Timur merupakan cluster bisnis yang terintegrasi mulai dari hulu sampai midstream. Interaksi pun secara otomatis juga dilakukan oleh multientitas, hingga ke produsen swasta seperti ENI, Chevron, dan juga konsumen-konsumen domestik seperti Pupuk Kaltim. “Menarik bekerja dengan interaksi multientitas. Nilai-nilai AKHLAK betul-betul terefleksikan dimana kita bisa berkolaborasi bersama, memastikan produk kita terdeliver dengan maksimal,” ujarnya.
Dalam kesehariannya menjalankan tugasnya, Fauzan juga mengaku banyak berinteraksi dengan masyarakat, pemerintah daerah, hingga kepada perusahaan-perusahaan lainnya yang memiliki kaitan erat. Hal ini dilakukannya untuk memastikan bahwa kegiatan pengiriman hasil migas tetap berjalan aman, lancar, mengedepankan aspek HSSE, dan mengacu kepada operation excellence. Pasalnya, bicara mengenai penyaluran migas tidak hanya berbicara masalah teknis, melainkan juga bagaimana seluruh pihak terkait, khususnya yang juga berdampingan dengan ROW dapat melakukan aktivitasnya tanpa mengganggu kelancaran kegiatan operasi, dan turut menjaga aset-aset yang merupakan objek vital nasional.
Pertumbuhan penduduk dan juga ekonomi di wilayah Kalimantan Timur pun menciptakan tantangan tersendiri dalam menjalankan pekerjaannya saat ini. Meningkatnya aktivitas batu bara, perkebunan sawit, dan aktivitas lainnya juga melahirkan banyaknya permintaan crossing untuk melintasi ROW, dan meningkatnya pekerjaan lain di sekitar ROW. Untuk itu, Fauzan juga harus selalu aktif untuk memberikan knowledge dan meyakinkan kepada seluruh pihak tersebut untuk dapat bekerja sama secara produktif, tanpa ada salah satu pihak yang dirugikan.
Fauzan juga bercerita, bahwa dirinya pernah mengalami kejadian yang cukup mengkhawatirkan di awal tahun 2018. Saat itu, salah satu pipa gas ekspor 24 inci mengalami pergeseran dan melengkung hingga 9 meter akibat salah satu aktivitas tambang. Pergeseran tanah pun sangat massif. “Alhamdulillah, dengan koordinasi tim yang baik, pipa yang hampir plastis, bisa dikembalikan ke posisi yang tolerable dengan menjalankan aktivitas stress release,” ungkapnya.
Fauzan yang sangat menyenangi profesinya saat ini mengaku bahwa dirinya mengawali karir di salah satu perusahaan aviasi. Bahkan, ia juga menempuh bangku pendidikan menengah atas di STM Penerbangan dengan mengambil jurusan mesin dan konstruksi. Takdir pun kemudian mengantarkan Fauzan ke industri hulu migas dengan bergabung sebagai trainee di Total E&P Indonesie pada tahun 1999. Di tahun 2018, Fauzan pun efektif bergabung dengan Pertamina Hulu Mahakam, dengan adanya alih kelola lapangan Mahakam ke Pertamina. Meski nampak berpindah haluan ke industri migas, menurut Fauzan industri hulu migas juga mengoperasikan turbine engine, sama halnya dengan dunia aviasi.
Berbicara soal passion, Fauzan sangat senang dalam mengikuti aktivitas organisasi. Sosok ini pun aktif dalam Serikat Pekerja PHM. Satu yang menjadi visinya adalah kedaulatan dan ketahanan energi migas. “Ketahanan energi migas akan sangat produktif seandainya seluruh resources migas yang ada di Indonesia dioperasikan oleh Perusahaan migas milik negara,” ujarnya. Menyangkut reorganisasi di tubuh Pertamina, ia juga mengungkapkan bahwa komunikasi menjadi faktor penting yang harus terus dijalankan oleh Perusahaan. Harapannya, Perusahaan ke depannya bisa terus mengedepankan involvement kepada pekerja. “Tren hubungan industrial kontemporer menjadikan pekerja sebagai stakeholder, bukan objek. Dengan memberdayakan resources yang ada, Insya Allah, Perusahaan akan semakin jaya.” tutupnya.
Kegemaran “mengulik” instrumen sejak kecil, menjadi bekal Widodo, Engineer Maintenance Regional 3, hingga menggeluti profesinya saat ini. Widodo bercerita bahwa sejak sekolah menengah pertama (SMP), ia senang membeli komponen elektronik. “Uang saku itu tidak saya pakai jajan, ditabung untuk beli komponen elektronik,” ungkapnya. Karena kepiawaiannya, bahkan sejak saat itu Widodo juga sudah bisa mendapatkan uang saku tambahan dari memperbaiki alat-alat elektronik seperti kipas angin, radio, setrika. Keterampilan Widodo ini diakuinya diperoleh secara autodidak dari membaca buku.
Kegemaran pada elektronik kemudian mengantarkan Widodo untuk meneruskan pendidikannya ke jurusan Elektronika Universitas Diponegoro hingga lulus di tahun 2000. Setelah mengenyam pendidikan, Widodo pun mulai meniti karir sebagai teknisi instrumentasi. Sempat beberapa kali pindah perusahaan sebelum berlabuh di Pertamina, Widodo mulai masuk ke dunia minyak dan gas (migas) di Pusdiklat Migas Cepu sebagai teknisi instrumentasi kilang, sekaligus sebagai instruktur praktik peralatan migas elektrik. Melihat peserta-peserta training yang berasal dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) saat itu kemudian membangun ketertarikan Widodo untuk bekerja di industri hulu migas.
Setelah 7 tahun bekerja di Pusdiklat Migas, harapan Widodo pun tercapai, dan bergabung dengan Chevron Pacific Indonesia. Widodo kemudian ditugaskan di Deep Water Field Selat Makassar selama 10 tahun. Di tahun 2019 saat peralihan WK East Kalimantan-Attaka, Widodo menerima tawaran mengikuti seleksi kerja di PHE OSES walaupun kesempatan itu belum sempat terlaksana, hingga kemudian membawanya ke Regional 3 Kalimantan setelah reorganisasi. Pengalaman malang melintang di dunia migas menjadikan Widodo memiliki pengalaman yang banyak dan terbiasa adaptif dengan suasana yang baru.
Sebagai Engineer Maintenance di Regional 3 Kalimantan, Widodo bertugas dalam melakukan koordinasi terkait keandalan dan ketersediaan peralatan yang ada di Zona 8, 9, dan 10, terutama peralatan di rotating equipment. “Target kita 98% equipment bisa terus running 24 jam tanpa unplanned shut down,” ujarnya. Jika terdapat kendala, maka dukungan berupa spare parts maupun kontrak kerja sama, akan dilakukan Widodo sebagai pencegahan. Pengecekan keandalan equipment juga dilakukan oleh Widodo dengan memonitor laporan yang diberikan dari zona.
Upaya memastikan keandalan peralatan juga dilakukan mulai dari perencanaannya. Untuk itu, Widodo juga melakukan review teknis terhadap rencana kerja maintenance di lapangan, sekaligus membuat rekomendasi kepada manajemen untuk pengambilan keputusan investasi. “Yang juga perlu kita perhitungkan juga adalah timelinenya. Apakah dari rencana tersebut, bisa terpenuhi di tahun ini. Jangan sampai pada waktunya overhaul ada kendala, sehingga performa peralatan bisa tetap prima,” pungkas Widodo.
Menjalankan tugas-tugas tersebut di masa pandemi COVID-19 juga menciptakan tantangan tersendiri mengingat dalam menjalankan tugasnya diperlukan interaksi yang erat dengan lapangan. Oleh karena itu Widodo pun berdoa agar masa pandemi ini segera berakhir, sehingga apabila diperlukan interaksi secara offline tidak ada hambatan dalam melakukan perjalanan. Widodo pun berhadap agar kita di Pertamina bisa terus meningkatkan sistem monitoring dan reporting agar keandalan peralatan semakin terjaga.
Menurut Widodo, hal yang paling utama dalam menjadi bekal bagi teknisi instrumentasi adalah rasa memiliki peralatan yang harus dijaga. “Peralatan itu kalau kita sayangi, juga akan sayang kepada kita dan membawa rezeki,” ujarnya. Rasa sayang inilah yang Widodo selalu terapkan dalam menjalankan pekerjaannya. Bahkan Widodo pun pernah diganjar penghargaan Teladan Awards, dari perusahaan sebelum bekerja di Pertamina. Penghargaan ini diberikan karena Widodo mampu memitigasi power supply shut down dengan memberikan peringatan kepada Perusahaan soal isu terkait hingga modifikasi terhadap peralatan.
Dalam menjalankan kehidupan, Widodo selalu menjadikan sabar sebagai motto dari kesuksesan, dengan terus diiringi dengan usaha yang gigih dan tekun. Di samping melakukan pekerjaannya, bapak dari 2 putra dan 1 putri ini juga senang melakukan kegiatan outdoor seperti bersepeda, lari, hingga pergi ke hutan dan gunung.
Berbicara menjaga keandalan operasi, juga tidak bisa dilepaskan dari sosok satu ini. Luthfi Kurniawan Joshi, Officer Communication Relations Zona 9, memiliki perannya tersendiri dalam menjaga keandalan aset-aset Perusahaan. Memastikan terbinanya hubungan baik dengan seluruh pemangku kepentingan, adalah salah satu amanah yang diembannya.
Bagi Luthfi, pemangku kepentingan memiliki pengaruh yang sangat besar pada keandalan aset maupun operasi Perusahaan. Pasalnya, kegiatan hulu migas memiliki kaitan yang erat dengan para pemangku kepentingan. Mulai dari pemerintah di tingkat provinsi hingga desa, pemangku adat, tokoh agama, lembaga swadaya masyarakat (LSM), wartawan, hingga masyarakat sekitar memiliki keterkaitan masing-masing terhadap kegiatan operasi Perusahaan. Hubungan yang tidak harmonis dengan pemangku kepentingan, sangat mungkin dapat memberikan dampak terhadap keberlangsungan kegiatan Perusahaan baik secara instan maupun jangka panjang.
Hal yang terpenting menurut Luthfi adalah memberikan pengertian, pemahaman, dan awareness secara konsisten dan terus menerus kepada para pemangku kepentingan bahwa kegiatan Perusahaan bertujuan untuk menjawab kebutuhan nasional. Hal ini tidak hanya bicara hasil migasnya, namun juga kontribusi lainnya seperti Dana Bagi Hasil (DBH), kegiatan tanggung jawab sosial, hingga multiplier effects yang dimunculkan oleh adanya kegiatan operasi Perusahaan.
Meski kegiatan hulu migas merupakan kegiatan yang krusial dan memberikan efek positif, pemangku kepentingan tidak serta merta memberikan dukungannya. “Persepsi atau opini masyarakat itu uncontrollable. Macam-macam pola pikirnya. Walaupun mereka aware, apabila ada kepentingan, maka akan berbeda,” ujar Luthfi. Untuk itu, kegiatan sosialisasi hulu migas juga harus dilakukan sejak dini, seperti ke sekolah-sekolah.
Menjembatani kebutuhan Perusahaan dan pemangku kepentingan, juga menciptakan tantangan tersendiri bagi Luthfi. Dengan banyaknya kegiatan operasi, hingga luasnya wilayah kerja di Zona 9, secara otomatis Perusahaan juga memiliki banyak pemangku kepentingan. Luthfi pun mengaku, kegiatan komunikasi dengan pemangku kepentingan dijalankannya tanpa mengenal waktu. Mulai dari waktu malam hari, hingga di waktu hari libur kerja. Kendati demikian, Luthfi tetap siap siaga, karena hal ini disadarinya sudah menjadi tuntutan dari pekerjaan dan profesi.
Masa pandemi COVID-19 juga memberikan dampak yang cukup menantang bagi Luthfi. Pasalnya, kegiatan komunikasi dengan pemangku kepentingan yang biasa dijalankan dengan tatap muka, menjadi lebih kompleks ketika dijalankan secara online. “Di saat komunikasi secara online, feedback non-verbal yang didapat dari lawan bicara seperti gesture, raut wajah, tidak dapat dilihat secara langsung,” ungkap Luthfi.
Walau begitu, seluruh pekerjaan di masa pandemi maupun pasca organisasi diungkapkannya relatif berjalan lancar. Hal ini diakuinya berkat kolaborasi yang baik dengan rekan-rekan di lapangan, mulai dari PHSS, Sangatta, Sangasanga, hingga Tanjung.
Menjadi Officer Relations di Perusahaan hulu migas, sebetulnya tidak pernah dibayangkan oleh Luthfi. “Awal bayangannya, dulu bekerja di perusahaan-perusahaan swasta, seperti teman-teman kuliah lainnya,” ungkapnya. Luthfi sendiri merupakan lulusan tahun 2013 dari Jurusan Public Relations Universitas Padjadjaran. Kedua orang tuanya lah, yang kemudian mengirimkan broadcast adanya lowongan di Pertamina, hingga kemudian ia pun mencoba melamar dan diterima. Bekerja di Pertamina pun dianggapnya sebagai berkah yang luar biasa. Oleh karena itu, dirinya menjalani pekerjaan dengan ikhtiar yang maksimal. Penugasan di remote area pun telah dilaluinya, seperti di Bunyu dan Tarakan. Bagi Luthfi yang asli keturunan Minang dan besar di Bukittinggi, merantau adalah bagian dari dinamika kehidupan.