INOVASI | Pacu Optimasi Biaya Melalui MAXTER
September 22, 2022
INOVASI | Pacu Optimasi Biaya Melalui MAXTER
September 22, 2022
Mengelola aset bukanlah hal yang mudah. Apalagi aset yang dikelola merupakan aset eks kelola dari Perusahaan lain. Tantangan inilah yang dihadapi Regional 3 Kalimantan dalam mengelola aset terminasi di PHM, PHSS, dan PHKT. Salah pengelolaan, aset pun dapat berubah menjadi liabilitas. Inovasi pun tercetus melalui program MAXTER, untuk menggenjot pemanfaatan aset-aset, khususnya material eks terminasi.
Program Optimasi Material Ex Terminasi (MAXTER) diinisiasi oleh Subholding Upstream pada tahun 2021 sebagai bagian dari program Optimization Upstream (OPTIMUS). Latar belakang inisiasi program MAXTER antara lain banyaknya lapangan bisnis hulu Pertamina saat ini yang berasal dari alih kelola perusahaan hulu migas non Pertamina. Salah satu implikasi dalam proses alih kelola tersebut, banyak material eks Perusahaan sebelumnya yang diserahterimakan, hingga kemudian dikategorikan sebagai material eks terminasi. Alih-alih menjadi beban, melalui terobosan MAXTER pemanfaatan material-material tersebut pun digalakkan untuk mengoptimalkan biaya operasi Perusahaan.
Regional 3 Kalimantan saat ini setidaknya mengelola tiga Perusahaan alih kelola, yaitu: Pertamina Hulu Mahakam (PHM), eks Total E&P Indonesie; Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), eks Vico Indonesia; dan Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), eks Chevron Indonesia Company. Nilai total material eks terminasi untuk ketiganya pun sangat fantastis, hingga mencapai 440 juta dolar AS, pada saat awal serah terimanya. Angka ini merupakan yang terbesar dibandingkan Regional lainnya di Subholding Upstream.
Bayu Kusuma Tri Aryanto, Senior Manager Supply Chain Management Regional 3, mengungkapkan bahwa pemanfaatan aset eks terminasi hanya dapat berjalan apabila didukung oleh kolaborasi antarfungsi. Hal ini tak lepas dari kenyataan bahwa pengguna material eks terminasi adalah fungsi-fungsi yang melakukan kegiatan operasi secara langsung, seperti fungsi Development & Drilling, Operation Surface Facilities, dll. Hal yang paling nyata dari manfaat MAXTER adalah optimasi biaya yang diperoleh dengan memanfaatkan material eks terminasi ini untuk menjalankan kegiatan operasi Perusahaan, sehingga dapat menekan biaya dari pembelian material baru.
Bayu juga menjelaskan bahwa MAXTER tidak hanya serta merta untuk menekan biaya, namun juga memberikan peluang untuk memperbesar keuntungan Perusahaan dari percepatan produksi. “Opportunity productions lebih cepat, sehingga production gain secara keseluruhan juga dapat semakin meningkat,” ungkap Bayu, yang sudah berkarir di Pertamina melalui jalur BPS sejak tahun 2003.
Meski memiliki banyak dampak positif, bukan berarti MAXTER dapat dengan mudah dijalankan. Tantangan utama MAXTER diungkap Bayu justru dari sisi human sendiri. Bayu, yang juga merangkap sebagai Ketua Program MAXTER di Regional 3 mengutarakan bahwa hal ini sangat wajar mengingat user sudah memiliki preferensi untuk spesifikasi produk dari material yang biasa digunakan. Di sinilah peran fungsi SCM diibaratkan sebagai seorang sales untuk aktif “menjual” material eks terminasi sebagai material utama maupun dapat sebagai substitusi. Meski keputusan akhir untuk pemakaian tetap di tangan user, Fungsi SCM tetap proaktif menawarkan material persediaan khususnya eks terminasi, sepanjang barang tersebut quality gap nya masih dalam batas toleransi, layak digunakan, dan secara keteknisan dapat diaplikasikan pada operasional.
“Satu yang menjadi tujuannya bagaimana kegiatan operasional dapat berjalan dengan baik, dengan lancar, tanpa gangguan yang signifikan karena adanya perubahan organisasi maupun proses bisnisnya,” ujar Bayu. Di samping itu, fungsi SCM juga turut memantau kebutuhan user dengan mengikuti Forum Well Readiness Monitoring, dan membentuk tim percepatan pemanfaatan material eks terminasi. Daftar material eks terminasi pun juga bisa diakses secara online melalui tautan https://ptm.id/MaterialExTerminasi2022.
Dari sisi proses bisnis, SCM juga telah membuat standardisasi untuk seluruh Regional 3 Kalimantan. Sebelumnya proses bisnis SCM masih menggunakan bawaan entitas masing-masing, Tata Kerja Organisasi (TKO) masing-masing. Saat ini, SCM Regional 3 Kalimantan sudah memiliki TKO, sehingga memiliki
satu parameter yang sama untuk menjadi guidance. Fungsi SCM juga menjadikan pemanfaatan material eks terminasi sebagai prioritas, dengan memasukkan check list verifikasi ketersediaan material eks terminasi ke dalam formulir permintaan material kepada SCM.
Berkat kolaborasi antarfungsi dan pengelolaan material yang baik, program MAXTER di Regional 3 Kalimantan pun membuahkan hasil yang baik. Secara tren pemakaian material eks terminasi terus meningkat. Tak heran jika di tahun 2021, Fungsi SCM mendapatkan penghargaan The Best Cost Reduction dari Direktur PHI - Regional 3. Tidak hanya itu, kolaborasi antarentitas juga digaungkan oleh MAXTER, yang juga dinobatkan sebagai The Most Collaborative Project di Subholding Upstream. Untuk tahun 2022, nilai pemanfaatan material eks terminasi di Regional 3 Kalimantan per bulan Juni tercatat telah menembus angka lebih dari 19,65 juta dolar AS, atau 83,80% dari target tahun ini.
Walau perolehan angka tersebut sangat baik, Bayu, sebagai nakhoda dari Fungsi SCM mengungkapkan bahwa masih ada ruang improvement yang akan dijalankan agar program MAXTER semakin optimal. Dirinya juga tidak melupakan esensi dari inovasi, yakni mempertimbangkan kesiapan seluruh aspek khususnya user friendliness, sehingga bisa menuai hasil yang maksimal.