Energia Kalimantan
Energia Kalimantan

FOKUS CSR | Selamatkan Pesut Mahakam dan Bekantan dari Kepunahan

  September 20, 2022
FOKUS CSR | Selamatkan Pesut Mahakam dan Bekantan dari Kepunahan

  September 20, 2022

 

Program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ternyata tidak hanya memberikan dampak langsung kepada masyarakat penerima manfaat saja, namun juga dapat menunjang aspek lingkungan secara signifikan. Pada edisi kali ini, Energia Kalimantan akan memperkenalkan pesut Mahakam dan bekantan yang menjadi hewan endemik di Kalimantan. Menjaga kedua hewan ini agar tetap lestari menjadi salah satu fokus kegiatan CSR PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) – Regional 3 Kalimantan dalam bidang konservasi lingkungan. Mengapa pesut Mahakam dan bekantan penting untuk kita jaga kelestariannya? 
Yuk, simak dalam rubrik fokus CSR ini. 

 


 

Menurut Undang-Undang 32 Tahun 2009, konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Sebagai perwujudan terhadap komitmen PHI-Regional 3 Kalimantan dalam mengelola lingkungan dan pelaksanaan program CSR, maka PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) melakukan perencanaan program-program CSR yang memberikan dampak positif terhadap lingkungan di wilayah operasinya. Program CSR yang dilakukan ini berfokus terhadap konservasi flora dan fauna asli yang ada di Kalimantan.

 

Salah satu program CSR yang digagas oleh PHM adalah Komik Pesut Mahakam (Konservasi Endemik Pesut Mahakam) di Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara. Inisiasi program ini telah dimulai sejak tahun 2018 sampai 2021 dan saat ini terus dikembangkan untuk menjadi program yang mandiri ke depannya.

 

 

Pada tahun 2021 International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Red List menyebutkan bahwa Pesut Mahakam (Orcaella Brevirostris spp Mahakam) masuk ke dalam kategori terancam (endangered). Pesut Mahakam juga termasuk satwa yang dilindungi sesuai
Permen LHK No. 106 Tahun 2018. Masalah terkait lingkungan lainnya di Desa Pela yaitu seluruh wilayah aliran sungai di sekitarnya menjadi tempat pembuangan akhir sampah. Selain itu, aktivitas nelayan setempat juga tidak ramah lingkungan karena menggunakan jaring, kemudian terjadi pendangkalan sungai ketika musim kemarau tiba. Melihat beberapa masalah lingkungan tersebut, para Perwira PHM berinisiasi untuk melakukan program perbaikan dengan kegiatan sebagai berikut:

 

 

 

 

Fakta – Fakta Pesut Mahakam:

  • Hewan endemik Sungai Mahakam di Kalimantan Timur dan juga dapat ditemukan di perairan Danau Jempang, Danau Semayang dan Danau Melintang.
  • Memiliki penampakan khas dengan tubuh polos berwarna abu-abu, dahi yang bundar, dan tidak memiliki moncong seperti lumba-lumba pada umumnya.
  • Panjang tubuh pesut ini antara 1,5-2,8 meter dengan berat antara 114-133 kg.
  • Seringkali disebut lumba-lumba air tawar dan merupakan predator bagi ikan, moluska, dan hewan krustasea.
  • Dapat hidup hingga 28 tahun.
  • Jumlah anak yang dilahirkan hanya satu ekor dalam setiap periode. 
    Pesut betina baru dapat hamil 
    kembali setiap 3 tahun sekali.
  • Hidup secara berkelompok (3-6 ekor).
  • Bernapas menggunakan paru-paru.
  • Tidak memiliki predator alami.
  • Seringkali mati karena terperangkap jaring nelayan; pencemaran lingkungan; polusi suara; dan 
    sampah atau limbah plastik.
  • Satwa yang dilindungi berdasarkan UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya serta PP Nomor 7 Tahun 1999.

 

 

 

Ekoriparian Sungai Hitam

 

Fauna asli Kalimantan lainnya yang terancam punah adalah bekantan, dimana salah satu habitatnya berada di Sungai Hitam, Desa Kampung Lama, Kalimantan Utara. Sungai Hitam adalah habitat alami bekantan yang berada di luar kawasan konservasi, sehingga keberadaan habitat ini belum dilindungi secara penuh oleh pemerintah. Ekosistem di Sungai Hitam mengalami perubahan ekologis sejak adanya pengalihfungsian lahan di sekitar Sungai Hitam menjadi tambak, perkebunan dan pemukiman penduduk. Masalah ini menyebabkan semakin berkurangnya area habitat bekantan. Selain itu, Sungai Hitam sendiri memiliki potensi untuk menjadi destinasi wisata baru di Kalimantan Timur karena memiliki keunikan tersendiri sebagai habitat bekantan dan atraksi wisata air.

 

Untuk mengatasi masalah lingkungan tersebut,  PEP Sangasanga Field melakukan program CSR Ekoriparian Sungai Hitam. Program ini disusun atas partisipasi beberapa kelompok, seperti Pemerintah dan karang Taruna Kampung lama, PEP Sangasanga Field, dan perusahaan lain. Program pelestarian bekantan ini dilakukan dengan membuka Sungai Hitam menjadi daerah ekowisata sehingga tidak ada lagi individu atau Perusahaan yang akan membuka lahan di sekitar wilayah wisata ini.

 

Pengembangan daerah ekowisata Sungai Hitam terus dikembangkan sejak tahun 2018 sampai dengan saat ini. Langkah awal untuk memulai program ini adalah melakukan sosialisasi program Ekoriparian Sungai Hitam dan menjalin kerja sama dengan kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Setelah itu, program ini dilanjutkan dengan melakukan pembersihan sungai yang sebelumnya tercemar oleh limbah kegiatan industri lain. Pembuatan papan iklan daerah wisata, pembuatan logo gapura, pemenuhan protokol kesehatan pariwisata, pembuatan papan informasi wisata bekantan, pengadaan tenda portabel wisatawan, pelatihan pemandu wisata, hingga pengembangan pujasera di wilayah wisata juga telah dilakukan untuk menunjang program ini.

 

Semangat para pelopor program Ekoriparian Sungai Hitam ini tentunya memberikan dampak positif terhadap lingkungan, seperti kembalinya lahan yang sudah terdegradasi akibat alih fungsi, berhasil melestarikan 146 ekor bekantan, dan mencegah rusaknya ekosistem mangrove di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Hitam seluas 6,7 hektar.

 

Fakta – Fakta Bekantan:

  • Primata berjenis monyet yang hanya bisa ditemukan di Pulau Kalimantan.
  • Salah satu monyet terbesar di Asia (Jantan memiliki panjang 73-76 cm dan berat 20 kg, sedangkan betina memiliki panjang 61-64 cm dan 10 kg).
  • Hidup di dekat air, sungai dan lahan basah berupa hutan bakau, rawa, dan hutan pantai.
  • Pandai memanjat dan berenang.
  • Hidup berkelompok (2-30 ekor).
  • Bekantan jantan memiliki hidung besar dan panjang yang khas, untuk menandakan pemimpin kelompok, menarik lawan jenis dan berpengaruh juga terhadap besar kecilnya resonansi suara yang dihasilkan.
  • Bekantan betina memiliki hidung yang lebih kecil dan runcing dibandingkan pejantan.
  • Cenderung memakan daun dan buah.
  • Bekantan bisa makan malam sebanyak dua kali dalam semalam.
  • Satu satunya primata yang mengunyah makanan lalu dimuntahkan untuk dimakan kembali.
  • Perut buncit bekantan tercipta khusus untuk mencerna dedaunan.
  • Predator alami bekantan adalah Buaya Sepit atau Senyulong yaitu jenis buaya bermoncong panjang.
  • Populasinya terus mengalami penurunan akibat kebakaran hutan, perburuan liar, perdagangan satwa liar dan penggundulan hutan di pulau Kalimantan

 

DOWNLOAD