LIPUTAN UTAMA | Berpikir Strategis, Menjaga Profitabilitas Lewat Investasi yang Terukur (Bagian 1)

  August 07, 2025
LIPUTAN UTAMA | Berpikir Strategis, Menjaga Profitabilitas Lewat Investasi yang Terukur (Bagian 1)

  August 07, 2025

PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) saat ini sedang menghadapi tantangan besar. Tidak berada dalam kondisi ideal. Di tengah ketidakpastian politik, volatilitas ekonomi global, dan dinamika internal, Komisaris Utama PHI Meidawati menegaskan, "Kita memang tidak dalam kondisi baik-baik saja, namun saya selalu punya hope." Selalu ada harapan untuk bergerak maju, yang ditopang oleh kolaborasi, kerja keras, dan kerja cerdas dari seluruh Perwira PHI.


 

Meidawati: Selalu ada harapan untuk PHI

 

Empat bulan pertama tahun 2025 ini memperlihatkan hasil kerja keras tersebut. Produksi minyak mencatat kenaikan bertahap, yakni naik tiga persen pada Januari, satu persen pada Februari, tujuh persen pada Maret, dan bahkan mencapai 10% pada April. Capaian produksi gas Januari dan Februari masih di bawah target bulanan, pada bulan Maret mencapai target dan di bulan April menjadi sembilan persen di atas target bulanan. Di sisi lain, pencapaian finansial perusahaan pun menggembirakan, capaian laba 2024 tumbuh 19% dibanding tahun 2023. Menurut Meidawati, angka-angka ini bukan sekadar statistik, tetapi bukti konkret dari semangat kolektif Perwira PHI di tengah kondisi yang penuh tantangan.

 

Namun demikian, Meidawati mengingatkan bahwa hasil positif ini bukan alasan untuk berpuas diri. "Kita memiliki tanggung jawab terhadap Pemegang Saham maupun negara. Untuk memastikan keberlanjutan bisnis, efisiensi harus terus menjadi bagian dari budaya perusahaan," ujarnya. Efisiensi yang ia maksud bukanlah penghematan yang asal-asalan, melainkan yang berpegang teguh pada tiga prinsip utama: tidak mengorbankan aspek HSSE, pembinaan pekerja, serta kesejahteraan pekerja. Ia menekankan pentingnya efisiensi yang lahir dari kesadaran kolektif mulai dari hal kecil.

 

 

Strategi investasi selektif yang saat ini dijalankan pun memiliki tantangan tersendiri. Menurut Meidawati, tantangan utamanya adalah menyeimbangkan antara target produksi dengan realitas keekonomian proyek, apalagi dengan kondisi lapangan yang semakin mature dan harga minyak dunia yang terus berubah.

 

"Kami (Dewan Komisaris) mengkaji semua aspek dengan cermat, di antaranya harga minyak, nilai tukar, umur cadangan, hingga potensi impairment," ungkapnya. Dewan Komisaris dan Komite berperan aktif. Bukan sekadar mengawasi, tetapi juga memberikan nasihat atas hal-hal yang terkait dengan RKAP melalui rapat bulanan bersama manajemen demi memastikan setiap investasi memberikan nilai strategis dan ekonomis bagi Perusahaan.

 

 

 

Sebagai sosok yang sarat pengalaman mengemban berbagai posisi strategis, termasuk sebagai Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Meidawati percaya bahwa keberhasilan perusahaan bukan semata-mata  ditentukan oleh faktor keteknikan saja. “Hal penting lain yang menjadi kunci keberhasilan Perusahaan adalah kekuatan doa dari kita semua,” tuturnya.

 

Pada akhirnya, bagi Meidawati, masa depan PHI selalu terbuka dan penuh harapan, selama setiap individu di dalamnya bersedia bekerja bersama sebagai satu tim dan memiliki komitmen untuk  memberikan yang terbaik bagi Perusahaan.

 

Profitable Investment bukan sekadar penghematan

 

Pemaparan Komisaris Utama PHI menjadi pengingat bahwa arah dan masa depan Perusahaan harus terus dituntun oleh niat baik, keberpihakan terhadap Perwira, dan kebijakan yang membumi. Dalam konteks itulah, kepemimpinan strategis jajaran manajemen PHI berperan penting untuk menjabarkan visi tersebut menjadi strategi yang konkret.

 

Salah satu inisiatif strategis yang digaungkan oleh Direktur Utama PHI, Sunaryanto adalah profitable investment, yaitu pendekatan investasi yang berorientasi pada nilai tambah dan keberlanjutan; yaitu melalui pemilihan medan yang tepat, serta pemahaman mendalam atas kapasitas dan daya dukung sumber daya perusahaan.. “Profitable investment bukan sekadar soal mengejar hasil,” tegas Sunaryanto. “Ia merupakan hasil dari langkah strategis yang cermat, dari efisiensi biaya, pemilihan proyek, hingga keberanian mengambil keputusan tepat di tengah keterbatasan.”

 

Di tengah dinamika industri hulu migas yang semakin kompleks dan volatil, investasi yang dilakukan Perusahaan tidak lagi bisa mengandalkan insting ataupun pendekatan satu ukuran untuk semua. Perlu disiplin baru dalam mengelola portofolio dan menimbang potensi dari setiap proyek, baik secara teknis, finansial, maupun keberlanjutan sosial dan lingkungan.

 

Karena itu, dalam beberapa tahun terakhir PHI-Regional 3 Kalimantan memperkuat kerangka berpikirnya melalui pengembangan disiplin biaya (cost discipline), tata kelola (governance) yang lebih ketat, serta digitalisasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Strategi ini dikokohkan melalui program-program seperti Nawasena di level Subholding Upstream dan Arunika di Regional 3 Kalimantan, yang menjadi ujung tombak kajian dan evaluasi terhadap wilayah kerja dengan kontribusi rendah dan risiko tinggi.

 

 

 

Salah satu temuan penting dari Gugus Tugas Arunika adalah adanya paradoks antara keberhasilan teknis proyek dan kontribusinya terhadap kinerja keuangan Perusahaan. Proyek yang secara teknis berhasil belum tentu berbanding lurus dengan nilai tambah terhadap kinerja keuangan. “Investasi harus membawa manfaat nyata dan menciptakan nilai bagi masa depan Perusahaan, bukan hanya menghasilkan keberhasilan semu,” ungkap Sunaryanto. Perusahaan tidak lagi hanya fokus mengejar volume, melainkan mengevaluasi keekonomian setiap proyek berdasarkan nilai tambah dan economic return.

 

Maka, pendekatan investasi yang terukur dan berorientasi profitabilitas menjadi suatu keniscayaan. Ia menekankan pentingnya perbaikan menyeluruh mulai dari tahap pengusulan proyek, pemilihan, pelaksanaan hingga evaluasi akhir. Aspek-aspek seperti project gain vs cost, potensi collateral losses, konsistensi profil produksi, hingga pengambilan keputusan dengan model yang terstandardisasi harus menjadi dasar dari semua usulan.

 

Sunaryanto menggarisbawahi pula pentingnya keberanian untuk menghentikan proyek jika dalam evaluasi scorpion plot tidak memberikan justifikasi keberlanjutan. "Kadang keputusan paling bijak adalah tidak melanjutkan," ujarnya.

 

Gagasan investasi yang profitable selektif bukan berarti menahan laju pertumbuhan, melainkan justru mendorong pertumbuhan yang sehat dan berakar pada realitas atau fundamental yang kuat. Dalam skema besar transformasi portofolio, PHI tetap membuka peluang bagi pengembangan wilayah kerja baru dan kemitraan strategis. Pendekatan borderless operation dan facility sharing antarwilayah kerja adalah contoh konkret 
bagaimana inovasi dapat menciptakan efisiensi tanpa mengorbankan produktivitas.

 

Ia pun menekankan, budaya efisiensi harus menjadi DNA kolektif seluruh Perwira PHI. Dari mulai hal-hal kecil seperti pengurangan rapat di luar kantor, sinergi pengadaan, hingga pemanfaatan digitalisasi dan otomatisasi dalam rantai pasok, serta perencanaan SDM. Semua adalah bagian dari proses menjadi organisasi yang lebih tangkas dan tahan banting. 

 

“Kita tidak sedang hanya menata angka-angka dalam spreadsheet,” ucap Sunaryanto. “Kita sedang membangun masa depan Perusahaan. Dan itu dimulai dari keberanian memilih, kemampuan mengevaluasi, dan kedewasaan dalam menjalankan keputusan.”

 

Gagasan ini tak hanya hidup dalam dokumen-dokumen strategis, namun kini mengalir dalam semangat kerja para VP, manager, hingga engineer yang menjalankan investasi dan seluruh Perwira dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari. Dengan fondasi yang semakin solid dan arah yang semakin jelas, PHI tak sekadar bertahan di tengah tantangan industri, namun juga terus melangkah maju sebagai entitas yang visioner, bertanggung jawab, dan kompetitif.
 



Lanjut ke Bagian 2

DOWNLOAD