OPINI | Membangun Masyarakat Berdaya di Wilayah Operasi

  August 06, 2024
OPINI | Membangun Masyarakat Berdaya di Wilayah Operasi

  August 06, 2024

PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI)-Regional 3 Kalimantan berkomitmen untuk membangun masyarakat yang berdaya di seluruh wilayah operasi melalui implementasi program Community Involvement & Development (CID) atau pelibatan dan pengembangan masyarakat. Pelaksanaan CID ini menjadi bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang merujuk pada ISO 26000 Guidance Standard on Social Responsibility.


Implementasi CID di PHI-Regional 3 Kalimantan dijalankan melalui strategi pelaksanaan program yang sustainable dan impactful. Strategi ini mengedepankan penciptaan nilai bersama, baik untuk perusahaan, kesejahteraan masyarakat sekitar, dan pelestarian lingkungan. Program CID merupakan bentuk investasi sosial yang mendukung komitmen perusahaan pada pengelolaan kinerja Environment, Social and Governance (ESG) untuk berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs); atau yang biasa kita sebut tujuan pembangunan berkelanjutan. Seluruh upaya yang dijalankan dalam program CID juga senantiasa mengedepankan dialog dengan pemangku kepentingan, serta mematuhi hukum yang berlaku.

 

 

Pelibatan masyarakat di sekitar wilayah kerja (WK)

Perusahaan memahami bahwa kegiatan operasi yang dijalankan memberikan pengaruh terhadap masyarakat setempat sehingga harus dikelola dengan baik, salah satunya melalui pemenuhan TJSL dalam bentuk program CID. Pelibatan masyarakat dalam bentuk partisipasi telah dilakukan sejak kegiatan asesmen dampak sosial dimulai. Asesmen ini menjadi persyaratan dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai kelengkapan perizinan sesuai regulasi yang berlaku.  Proses penyusunan dokumen AMDAL yang dilakukan oleh PHI-Regional 3 Kalimantan pun telah melalui tahapan pengumuman kepada masyarakat, sesuai Keputusan Kepala Badan Pengendalian Lingkungan No. 8 Tahun 2020 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL. PHI-Regional 3 Kalimantan memastikan seluruh Anak Perusahaan dan unit operasi/WK didalamnya telah melengkapi dokumen AMDAL.

 

Selain keterlibatan dalam proses AMDAL, partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan di sekitar wilayah operasi juga dilakukan dalam proses pemetaan sosial. Hingga tahun 2024, seluruh WK di lingkungan PHI-Regional 3 Kalimantan melaksanakan pemetaan sosial untuk memastikan kegiatan CID dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan potensi masyarakat setempat. Hingga tahun ini, seluruh WK di lingkungan PHI-Regional 3 Kalimantan telah melaksanakan pemetaan sosial untuk memastikan kegiatan CID dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan potensi masyarakat setempat.

 

Perusahaan senantiasa berupaya memitigasi potensi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif kepada masyarakat sekitar. Salah satu contoh potensi dampak negatif yang telah berhasil dimitigasi oleh PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) di antaranya yaitu berkurangnya area tangkapan ikan. Hal ini berpotensi terjadi mengingat wilayah operasional sejumlah WK PHI berada di perairan atau pesisir seperti PHM. PHM telah mengidentifikasi potensi dampak negatif tersebut dan menyediakan area tangkapan lain bagi nelayan.

 

Bahkan PHM mengembangkannya dengan beragam inovasi ramah lingkungan agar dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal ini tercermin dari pelaksanaan program Nelayanku Hebat. Di sisi lain, PHM juga berusaha memaksimalkan dampak positif, diantaranya adalah dengan memberikan kesempatan berkarya bagi para mitra kerja lokal salah satunya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Kesempatan ini selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kutai Kartanegara dan arahan dari Presiden RI saat ini. Tercatat, sepanjang 2023 terdapat 15 BUMDes di dua Kecamatan, yakni Anggana dan Muara Badak yang bermitra dengan PHM dalam pelaksanaan 62 kegiatan CID. Ada satu BUMDes bahkan turut terlibat dalam kegiatan support operations di PHM. Pelibatan BUMDes ini juga menjadi salah satu program utama CID di Zona 9 dan Zona 10.

 

Pengukuran investasi sosial

PHI-Regional 3 Kalimantan menjalankan Program CID sebagai sebuah investasi sosial, dimana hal tersebut menjadi salah satu pilar bidang kegiatan CID yang sesuai dengan ISO 26000 Guidance Standard on Social Responsibility. Sepanjang tahun buku 2023, PHI-Regional 3 Kalimantan telah melakukan investasi sosial sekitar 52 miliar. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Perusahaan terus melibatkan masyarakat, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, serta evaluasi Program CID. Contohnya di Zona 8, setiap awal tahun dilakukan Forum Komunikasi Masyarakat sebagai wadah bersama untuk masyarakat, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Forum ini dilaksanakan untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan program CID di periode tahun sebelumnya dan sebagai sarana konsultasi publik guna mendapatkan aspirasi pemangku kepentingan atas perencanaan program pada tahun berikutnya.

 

Lebih lanjut, untuk memastikan kinerja CID dapat memberikan manfaat yang maksimal, pengelolaan CID dimonitor dan dievaluasi secara berkala, di antaranya melalui mekanisme pelaporan kepada manajemen, pencapaian Indikator Kinerja Kunci (KPI), dan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Secara berkesinambungan PHI-Regional 3 Kalimantan juga terus melakukan pemantauan dan evaluasi untuk mengetahui dampak investasi sosial berupa nilai sosial dan ekonomi yang dihasilkan dari suatu Program CID, melalui pengukuran Social Return of Investment (SROI). Pada tahun 2023, PHI-Regional 3 Kalimantan telah melaksanakan 17 program TJSL unggulan. Program-program tersebut terbukti berhasil memberikan dampak peningkatan ekonomi masyarakat penerima manfaat, dengan rasio SROI yang optimal di setiap program. Pada tahun  2024 ini, pengukuran SROI tengah dilanjutkan di sejumlah lokasi program unggulan.

 

Pelaksanaan program unggulan di wilayah operasi

Pelaksanaan CID PHI-Regional 3 Kalimantan terdiri dari program unggulan, program reguler, dan program ad-hoc. Setiap program mencakup lima bidang yaitu pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, lingkungan, dan infrastruktur, dengan tetap memberikan alokasi proporsional pada program bidang pendukung lainnya yaitu studi dan bencana alam. Kelima bidang ini selaras dengan Pilar Pembangunan Ekonomi, Sosial, Lingkungan Hidup dan Tata Kelola dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). CID menjadi salah satu wujud peran Perusahaan dalam mendukung upaya pencapaian target TPB atau SDGs.

 

 

 

Pilar Ekonomi: Pemberdayaan UMKM

Salah satu program unggulan yang dijalankan oleh PHI-Regional 3 Kalimantan ialah pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Program ini terintegrasi di seluruh Program CID atau Program Pengembangan Masyarakat yang dijalankan seluruh Zona dan WK.

 

Pemberdayaan UMKM dilakukan bersama dengan pemerintah setempat, lembaga mitra dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri, serta memberikan efek berantai bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Kelompok perempuan menjadi pelaku usaha yang mendapatkan banyak kesempatan pengembangan dalam program ini agar lebih berdaya dan mandiri.

 

Di Zona 8, terdapat produk-produk buatan Kelompok UMKM Berkah Game, yang mampu berkembang dengan cara memanfaatkan gas metana dari program Waste to Energy for Community (Wasteco). Di Zona 9, ada UMKM Bukwiskula dengan beragam varian makanan ringan, serta di Zona 10 ada produk madu dari kelompok Kebun Madu Kelulut. 

 

Upaya PHI-Regional 3 Kalimantan tidak hanya berhenti pada tataran pendampingan dan fasilitasor UMKM hingga mendapatkan sertifikat izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dan sertifikasi Halal saja, namun juga berhasil mendorong sejumlah produk mitra binaan masuk dalam mata rantai bisnis perusahaan. Salah satunya adalah dengan menjadikan produk UMKM tersebut sebagai suvenir dalam berbagai corporate events. Konsistensi yang dilakukan Perusahaan dalam pemberdayaan UMKM menjadi cikal bakal pengembangan flagship program bidang ekonomi yang bernama ‘Energi Wirausaha Kalimantan’. Upaya ini turut berkontribusi pada pencapaian beberapa tujuan dalam SDGs, yaitu tujuan 8 berupa pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta tujuan 5 terkait kesetaraan gender.

 

Pilar Lingkungan: Dukungan Desa Energi Berdikari Pertamina

Dalam pilar pembangunan lingkungan, PHI-Regional 3 Kalimantan mengusung sejumlah program unggulan yang  memiliki prioritas pada kegiatan konservasi keanekaragaman hayati (eksitu), Desa Energi Berdikari (DEB) Pertamina dan pengelolaan limbah. Dalam pelaksanaannya ketiga prioritas isu ini bersinergi dengan pilar ekonomi, karena berbasis pemberdayaan ekonomi masyarakat.

 

Desa Energi Berdikari Pertamina sendiri merupakan salah satu wujud komitmen Perusahaan dalam mendukung ketersediaan akses energi yang lebih terjangkau, dapat diandalkan dan berkelanjutan, termasuk di wilayah-wilayah minim akses energi.

 

Masyarakat juga mendapatkan peningkatan pemahaman tentang perubahan iklim, serta optimalisasi pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dari sumber daya lokal melalui serangkaian kegiatan pelatihan dan pendampingan. Hingga tahun 2024 ini, pelaksanaan program yang disesuaikan dengan potensi sumber energi yang dimiliki di tiap wilayah telah mencakup pembangkit listrik tenaga surya dan solar home system, gas metana, biogas, serta biodiesel berbasis konversi limbah rumah tangga.

 

Pemanfaatan EBT dari program DEB telah berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dan mendorong peningkatan produktivitas UMKM beserta BUMDes.

 

 

 

 

Beberapa program EBT unggulan PHI di antaranya Wasteco yang dijalankan PHM berupa pengolahan sampah menjadi gas metana yang digunakan sebagai sumber energi alternatif masyarakat dan UMKM di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Manggar.

 

Selain EBT, dalam bidang pelestarian keanekaragaman hayati berbasis masyarakat, PHI-Regional 3 Kalimantan unggul dalam mengonservasi 2 satwa endemik Kalimantan yakni Pesut Mahakam yang berstatus terancam punah (critically endangered) dan Bekantan. Pelestarian Pesut Mahakam dijalankan oleh PHM di Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupate Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur melalui Program Konservasi Endemik Pesut Mahakam (Komik Pesut), dengan cara menyinergikan aktivitas konservasi dengan pemberdayaan masyarakat.

 

Melalui program ini, terdapat penurunan angka kematian Pesut yang terjerat jaring nelayan dari 66% menjadi 0%, yang tentunya berkontribusi pada pelestarian Pesut Mahakam. Sedangkan konservasi Bekantan dilakukan PEP Sangasanga Field melalui Program Ekowisata Sungai Hitam Lestari.

 

Seluruh upaya yang dijalankan dalam pilar lingkungan ditujukan untuk mendukung SDGs tujuan 13 terkait penanganan perubahan iklim; SDGs tujuan 14 terkait ekosistem laut; SDGs tujuan 15 terkait ekosistem darat. Selain itu, dengan multiplier effect dari akvititas pemberdayaan masyarakat, program ini juga mendukung SDGs tujuan 8 terkait pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

 

Pilar Sosial: Bantuan Beasiswa dan Pendidikan, Sarana dan Prasarana Pendidikan

Program unggulan dalam bidang pendidikan mencakup Beasiswa Sobat Bumi Kalimantan yang dijalankan PHI bersama Zona 8, 9 dan 10, beasiswa dan bantuan pendidikan tiap zona, dan sekolah adiwiyata. Upaya ini dilakukan PHI-Regional 3 Kalimantan untuk berkontribusi pada pencapaian SDGs tujuan 4 yaitu pendidikan berkualitas.

 

Keberpihakan pada penduduk asli dan masyarakat adat

PHI-Regional 3 Kalimantan melibatkan masyarakat lokal dan menghargai hak kolektif masyarakat untuk mengambil sikap setuju atau tidak setuju terhadap rencana pengembangan program yang diusulkan di wilayah mereka. Keterlibatan ini juga sejalan dengan prinsip Free, Prior, and Informed Consent (FPIC). Meskipun tidak ada wilayah adat di sekitar kegiatan operasinya, perusahaan terus membangun komunikasi dengan masyarakat.

 

PHI-Regional 3 Kalimantan memiliki komitmen untuk dapat terus memberikan kontribusi berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat adat, melalui program pengembangan budaya. PHI-Regional 3 Kalimantan hingga tahun 2024 ini telah mengembangkan beberapa program berbasis budaya lokal masyarakat, seperti pengembangan budaya Dayak Kenyah di Desa Sungai Bawang, Budaya Kutai di Desa Kutai Lama. Program pengembangan budaya ini juga termasuk memfasilitasi pengembangan usaha para pengrajin Dayak mencakup Budaya Dayak Bentian Kutai Barat, Dayak Tunjung dan Benuaq di Kutai Barat, serta Dayak Tidung di Krayan.

DOWNLOAD