JELAJAH | Sensasi Seru Menelusuri Sejarah Perang Dunia 2 di Pulau Morotai
May 16, 2023
JELAJAH | Sensasi Seru Menelusuri Sejarah Perang Dunia 2 di Pulau Morotai
May 16, 2023
Morotai sebagai destinasi wisata unggulan mungkin tak sepopuler Bali, Lombok, atau Labuan Bajo. Namun, siapa sangka? Pulau yang disebut sebagai mutiara di bibir laut pasifik menyimpan keindahan alam bawah laut yang tiada tara serta berbagai peninggalan sejarah Perang Dunia 2 (PD 2). Apa saja pengalaman unik dalam perjalanan ke Morotai? Yuk, simak pengalaman Perwira kita di Morotai!
Destinasi wisata kali ini berada di area Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Utara. Nama Morotai merupakan pemberian kerajaan Moro, yang menguasai wilayah tersebut pada abad 15-17 Masehi. Pulau Morotai berbatasan langsung dengan negara tetangga kita, Filipina. Pulau Morotai sendiri dikelilingi 33 pulau kecil, 26 pulau tidak berpenghuni, dan 7 pulau yang berpenghuni.
Henry David Simanjuntak, Sr Analyst Partnership Fungsi Production Operation Regional 3 Kalimantan menjajal indahnya Morotai dari darat dan laut. Pria penyuka hiu yang menjuluki dirinya “Daddy in the Shark Tank” ini adalah seorang instruktur selam yang tentunya sudah malang melintang menikmati bawah laut nusantara.
“Pulau Morotai menawarkan berbagai macam keindahan alam, keelokan pulau, peninggalan sejarah itu yang membuat saya tertarik meluncur ke Pulau Morotai,” ujar Henry. Menuju Morotai dapat ditempuh dengan penerbangan ke Bandar Udara Pitu, Morotai. Jika ingin Singgah di Kota Ternate, Perwira dapat transit di Bandara Sultan Baabullah Ternate. Bagi yang ingin menjajal jalur laut, Perwira dapat memilih KM Holly Mary dari Ternate, KM Holly Mary yang berangkat dari pelabuhan Daruba, Kabupaten Pulau Morotai dengan tujuan Dama, Pulau Doi, Kecamatan Loloda Utara. Kemudian dari Dama ke Ternate.
Henry memilih kombinasi moda transportasi kapal laut dan pesawat. Ketika pesawat menuju Morotai mengalami delay, Henry menghabiskan waktu di Kota Ternate dengan menelusuri Danau Laguna, Danau cantik berlatar Gunung Tidore yang sering kita lihat keindahannya di balik lembaran uang kertas pecahan seribu rupiah.
Bersama rekan perjalanannya, Henry juga menikmati hamparan air danau berwarna hijau lumut di Danau Tolire yang memiliki keunikan tersendiri. Jika Perwira mencoba melempar batu ke sana, kita tidak bisa melihat adanya tanda cipratan air ketika batu tersebut menyentuh permukaan air danau.
Hmm.. menarik! Jalan-jalan di Ternate tidak melulu soal danau dan laut ya, Henry dan rekan-rekannya juga menikmati wisata sejarah di Benteng Tolukko dan Benteng Kota Janji.
Puas menjelajah Kota Ternate, Henry melanjutkan perjalanan ke Morotai. Henry dan tim menyelam sedalam 45 meter di lokasi yang dikenal dengan sebutan Dive Sive World War II Wrecks, saksi bisu sejarah Perang Dunia II dengan berbagai peninggalan di bawah laut. Lokasi ini adalah satu dari 30 situs menyelam popular di Morotai. “Di kedalaman ini kami menikmati pemandangan yang mencengangkan. Bangkai pesawat tempur; pengebom dan fighter. Seluruhnya telah berselimut karang dan menjadi rumah biota laut,” kisahnya.
Salah satu bangkai pesawat yang dapat disaksikan adalah Bristol Beaufort. Bristol Beaufort adalah pengebom dan pembawa torpedo bermesin dua, berawak empat orang dan mampu terbang dengan kecepatan 400 kilometer per jam dengan mengangkut semua senjata. Henry yang juga sering menyelam bersama istri dan anaknya berdecak kagum menikmati pemandangan bawah laut Morotai.
Morotai menjadi kunci sekaligus tuan rumah perebutan kuasa dan pertempuran antara pasukan Negeri Sakura dan Paman Sam. Jepang berusaha menduduki Morotai sebagai markas untuk menguasai Indonesia, Filipina, dan sebagian Malaysia. Sedangkan Amerika Serikat menggunakannya sebagai landasan serangan pesawat sebelum menuju Filipina dan Borneo bagian timur. Saat itu pasukan Nippon sudah lebih dulu menduduki Pulau Morotai, sebelum tentara sekutu Amerika Serikat dan Australia di bawah pimpinan Panglima Pasifik Barat, Jenderal Douglas McArthur, datang dan mendarat di bagian Barat Daya Morotai.
Keindahan Pulau Morotai memang mayoritas berada di bawah laut, namun jika Perwira ingin mengeksplorasi wisata di atas pulaunya juga tidak kalah mengagumkan. Antara lain:
1. Air Kaca, air kaca pada masa Perang Dunia II merupakan sumber mata air yang vital bagi pasukan AS. Mata air ini juga sering digunakan Jenderal Mac Arthur untuk mandi.
2. Museum Perang Dunia II, museum tersebut berisi perlengkapan perang yang pernah digunakan pasukan Sekutu dan Jepang, Museum di kota Daruba ini memiliki replika-replika alat perang dan peninggalan sejarah Perang Dunia ke-II yang terjadi pada tahun 1939 – 1945.
3. Navy Base dan Army Dock, tempat ini sebagai saksi penting akan pertempuran Jepang dengan tentara sekutu saat Perang Dunia II. Pertempuran sengit tersebut terjadi pada tanggal 15 September 1944 dan dikenal sebagai “Pertempuran Morotai”.
4. Tank Amphibi yang merupakan peninggalan dari Perang Dunia II. Tank Amphibi dahulunya milik tentara sekutu yang digunakan sebagai perang, kini telah menjadi cagar budaya. Jumlah dari Tank Amphibi ialah 2 buah yang berada di pinggiran pemukiman penduduk.
Sejarah cukup panjang yang ada di Morotai memberikan nilai magis tersendiri bagi pulau ini. Seperti halnya mengunjungi lokasi bersejarah lain, Perwira seolah diajak untuk memasuki “mesin waktu” dan menyaksikan kejadian di masa lalu. Tentu, mengunjungi Morotai belum termasuk menjadi pilihan banyak orang. Akan tetapi, mengunjungi Pulau Morotai akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan sekaligus dapat menambah wawasan Perwira terutama terkait Perang Dunia II. Jadi tunggu apalagi, yuk masukkan Pulau Morotai ke dalam bucketlist tujuan wisatamu!
Nah, bagi Perwira yang ingin memperkirakan berapa budget ketika berwisata ke Ternate dan Morotai, berikut informasi yang telah Energia Kalimantan rangkum dari berbagai sumber:
(Total estimasi di atas belum termasuk biaya keperluan pribadi seperti penyewaaan alat selam, pembelian oleh-oleh, dan kebutuhan pribadi lainnya.)