SOSOK PERWIRA | Pergi Sehat, Pulang Selamat
May 16, 2023
SOSOK PERWIRA | Pergi Sehat, Pulang Selamat
May 16, 2023
Pertamina HSSE Golden Rules merupakan non-negotiable values yang harus ada di setiap diri Perwira. Patuh, Intervensi dan Peduli adalah nilai yang telah berkontribusi besar bagi Perusahaan karena menyangkut aspek-aspek People, Environment, Assets, Reputation dan Liability (PEARL). Sosok Perwira dalam edisi kali ini adalah perwakilan dari setiap Zona PHI-Regional 3 Kalimantan yang dianugerahi predikat “The Best HSSE Warrior” saat ajang PHI Awards 2022. Ini adalah bukti bahwa aspek HSSE merupakan prioritas utama dalam menjalankan aktivitas operasi dan bisnis Perusahaan.
Patuh dan menjalankan pekerjaan sesuai prosedur Perusahaan serta mengerjakan yang terbaik merupakan motivasi Achmad Bastari dalam bekerja. Achmad yang berada di fungsi PO/CPU/MNT/MEC telah menerapkan motivasi ini di tempat kerjanya CPU Field Zona 8. Hal ini pun ia terapkan di tempat kerjanya sebelum bergabung di CPU Field.
Pria 51 tahun yang tinggal di Balikpapan bersama seorang istri dan ketiga putrinya ini menjalankan perannya sebagai anggota Emergency Response & Maintenance Technician selama 20 tahun ia berkarya di CPU Field. Perannya sebagai anggota Emergency Response inilah yang membuatnya mendapat penghargaan dari Perusahaan.
Achmad menuturkan pada suatu Selasa, 27 September 2022 ketika ia sedang menjalankan tugas di CPU Field, sebuah pesan WhatsApp (WA) masuk di grup WA Emergency Intervention Team (EIT) CPU Field. Pesan itu sontak membuatnya terhenyak, karena pesan tersebut bukanlah pesan biasa yang ia terima sehari-hari. Pesan itu mengabarkan bahwa EIT station disiagakan karena ada permohonan bantuan dari KSOP Samarinda untuk penanganan kapal terbakar di perairan wilayah Samarinda.
Sekitar pukul 13.00 WITA, EIT station dibuka dan Achmad kemudian ditugaskan untuk berangkat ke lokasi insiden guna membantu memadamkan kebakaran di kapal Momentum 25001, sebuah LCT berukuran besar dengan muatan full solar. Ia dan Awiluddin (rekannya) sebagai anggota tim Emergency Response berangkat menggunakan kapal pemadam kebakaran bersama seorang On Scene Commander dan empat orang awak kapal.
Sesampainya di lokasi, mereka segera berkoordinasi dengan KSOP Samarinda yang memimpin operasi penanganan kebakaran kapal tersebut. Beberapa kapal saling bergantian menyemprotkan air ke LCT yang terbakar tersebut. Namun karena muatannya solar, maka pemadaman itu tidak mudah dilakukan. Melihat kondisi tersebut, ia dan Awiluddin berinisiatif untuk menggunakan Foam AF3 untuk memadamkan api yang berkobar, tutur Achmad. Atas izin Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kebakaran tersebut dapat dipadamkan oleh tim dari CPU Field. Selain api yang dapat dipadamkan, sembilan orang awak LCT juga dapat diselamatkan.
Keberhasilan Achmad dan tim dalam mengatasi insiden tidak lepas dari penerapan HSSE Golden Rules Pertamina di Perusahaan. Elemen Patuh, Intervensi, Peduli diterapkan dengan sangat baik. Prosedur yang dipahami dan dijalankan dengan baik merupakan unsur kepatuhan yang membuat tim tersebut dapat memunculkan insiatif tepat untuk pemadaman menggunakan foam. Disamping itu, koordinasi yang erat dengan KSOP Samarinda sebagai pemimpin operasi juga merupakan penerjemahan dari unsur patuh. Sedangkan kesiapsiagaan serta kecepatan & strategi penanganan merupakan pengejawantahan dari elemen intervensi. Perairan Samarinda berjarak 40 menit perjalanan dari CPU Field, namun karena tim Emergency Reponse peduli terhadap keselamatan orang, lingkungan, dan aset, maka mereka segera merespon permintaan dari KSOP Samarinda walaupun objek terdampak bukan bagian dari Pertamina.
Pria yang mempunyai hobi joging ini menuturkan bahwa pengalaman berkesannya adalah ketika ia sebagai anggota Emergency Response dapat menjalankan tugas dengan baik dan memberikan manfaat kepada orang lain. Pengalaman mencari orang tenggelam di sungai, membantu memadamkan rumah warga, mendukung operasi dengan sosialisasi kepada masyarakat merupakan hal-hal yang tidak akan ia lupakan.
Pada penghujung wawancara, Achmad berpesan kepada pembaca Energia Kalimantan untuk selalu mematuhi prosedur dan peraturan yang berlaku di Perusahaan, agar kita dapat menjalankan amanah pekerjaan dengan selamat dan unggul. Selain itu, juga untuk memastikan kita berangkat dari rumah dengan selamat dan pulang ke rumah pun selamat.
Catatan Redaksi:
Achmad menerima penghargaan PHI Awards 2022 kategori The Best HSSE Warrior bersama Awiluddin. Namun Awiluddin sudah tidak bekerja di Pertamina grup sejak November 2022.
Bawon Puji Santoso menyebutkan bahwa memberikan yang terbaik untuk perusahaan adalah motivasinya dalam bekerja. Bawon yang sekarang berperan sebagai Supervisor Station Booster (SB) II Long Ikis Pertamina EP Tanjung ini beranggapan bahwa sebagai Perwira, sudah tanggungjawab kita untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.
Bawon sudah mengenal dengan baik daerah tempat ia bekerja. Hal ini didukung dengan pengalaman menjadi operator di SB I Batu Butok 15 tahun yang lalu. Sekarang Bawon diberikan amanah oleh Perusahaan untuk menyalurkan minyak dari Tanjung Field menuju RU V Balikpapan di SB II Long Ikis. Bukan pekerjaan yang mudah bagi Bawon untuk mengawasi pipa sepanjang ±120 kilometer dari SB II Long Ikis hingga sampai di RU V Balikpapan. Meskipun pipa ini juga harus melewati Teluk Balikpapan, namun ia tetap teguh untuk memberikan yang terbaik bagi Perusahaan.
Pria kelahiran 1976 ini berpendapat bahwa aspek HSSE sangat penting dalam pekerjaan ini. Menurutnya pekerjaan ini memiliki beberapa tantangan. Selain aspek operasional yang menjadi tantangan utama, aspek kolaborasi dan berhubungan baik dengan masyarakat sekitar juga merupakan tantangan tersendiri. Bawon sering menemukan keadaan dimana masyarakat sekitar membangun sesuatu atau mengerjakan suatu aktivitas di Right of Way (ROW) sehingga sering diadakan sosialisasi HSSE kepada masyarakat di area sepanjang jalur. Sosialisasi ini dilakukan agar tidak ada kecelakaan yang menimbulkan kerugian bagi banyak pihak. Inilah alasan mengapa HSSE menurut Bawon tidak hanya berlaku dan diimplementasikan untuk Perwira dan mitra kerjanya saja, namun juga kepada masyarakat luas.
Menanggapi kejadian kebocoran pipa beberapa waktu yang lalu, Bawon menyebutkan bahwa saat pemompaan pada tahun 2022, timnya menemukan kebocoran ketika melacak jalur pipa. Penanggulangan kebocoran pipa ini dapat ditangani dalam waktu 1 jam di titik kebocoran yang berjarak 22 kilometer dari SB II Long Ikis. Kebocoran ini diprediksi bisa menimbulkan kerugian hingga 3.000 barel minyak bumi.
Pengalaman seperti ini yang juga membentuk memori paling berkesan bagi Bawon. Bentuk kerjasama tim dan solidaritasnya untuk menanggulangi kebocoran ini meninggalkan kesan baik baginya. “Semuanya turun tangan dalam pengerjaan ini,” ungkapnya. Hal ini tentu tidak lepas dengan bantuan tim Relations PEP Tanjung yang membantu menjembatani hubungan antara perusahaan dengan Muspika. Menurutnya, hubungan dengan Muspika sangatlah penting demi memperlancar operasi Perusahaan. “Ini juga support dari teman-teman dan manajemen sehingga bisa berjalan dengan lancar,” lanjutnya.
Pria yang memiliki hobi memancing ini beranggapan bahwa HSSE sebenarnya adalah sebuah kebutuhan yang harus diterapkan selama bekerja. “Ini menyangkut masalah keselamatan teman dan diri kita sendiri serta untuk memitigasi potensi risiko,” ujarnya.
Sebagai salah satu pemenang penghargaan The Best HSSE Warrior, Bawon berpesan kepada para pembaca, “Kita harus bekerja sesuai dengan amanah yang diberikan Perusahaan. Namun kerja cepat dan aman tetaplah penting. Berikanlah yang terbaik kepada Perusahaan supaya bisa terus maju.”
Pria kelahiran Jakarta ini pernah bekerja di industri pulp and paper dan chemicals sebelum akhirnya masuk pada industri migas dengan Chevron Indonesia Company pada tahun 2013. Saat ini, Perwira yang memiliki panggilan akrab Karno bekerja sebagai Officer HSSE Well Intervention offshore di PHKT Zona 10.
Dalam tugasnya di bidang HSSE, ia bekerja untuk memastikan compliance WLI terhadap ketentuan HSSE, meninjau ulang permit, dokumen-dokumen pendukung lain, observasi lapangan serta melakukan sosialisasi tentang HSSE kepada Perwira yang bekerja di lapangan. Sukarno berpendapat bahwa aspek dalam HSSE terbagi menjadi tiga, yaitu human, machine dan environment. Namun, Sukarno beranggapan bahwa aspek people/human adalah aspek terpenting. “Manusia lah yang melakukan, menganalisa, dan yang terdampak duluan juga manusia,” imbuhnya.
Selama bekerja, Sukarno sangat mengingat keharmonisan Perwira di offshore. Ia merasa bahwa tingkat kekeluargaan Perwira offshore sangatlah tinggi begitu juga kerjasama timnya. “Keberhasilan dan kegagalan dirasakan sebagai sebuah tim,” katanya. Sukarno menganggap bahwa semua peran sangatlah penting dalam mendukung operasi Perusahaan. “Semua orang ingin sumur ini bekerja dengan baik.” Ia juga menambahkan bahwa setiap Perwira yang bertugas di offshore adalah Perwira yang memiliki sertifikasi, kompetensi dan sudah berpengalaman di bidangnya. Ini mempermudah dalam keberlangsungan operasional yang terus berjalan. Dua hal yang menjadi poin utama bagi Sukarno dalam memberi kesan baik saat bekerja adalah komposisi Perwira dan rasa kekeluargaan.
Hal ini juga yang mendukung Sukarno saat menghadapi kejadian di luar dugaan saat bekerja di AWB Bayu Laut. Rasa kekeluargaan dan empati yang tinggi membuat Sukarno menelusuri alasan mengapa Perwira offshore pada saat itu tidak dapat beristirahat dengan baik di dalam Barge. Ia menemukan bahwa AC ruangan tidak berfungsi akibat generator yang rusak. Setelah memperhitungkan kemungkinan risiko yang akan timbul dari kerusakan yang terjadi, Sukarno mengambil sikap untuk melakukan Stop Work Authority. Hal ini dilakukan agar rekan kerjanya dapat beristirahat dengan layak dan mampu mengisi tenaga kembali setelah bekerja. Sukarno langsung dengan tanggap menyampaikan usulannya ini kepada atasannya serta mendiskusikan dan menawarkan dua opsi alternatif yaitu pemberhentian sementara pekerjaan hingga ada perbaikan generator atau pekerjaan dilakukan setengah hari, kemudian 12 jam setelahnya untuk beristirahat. Akhirnya opsi kedua dipilih sebagai keputusan terbaik saat itu agar produksi tetap terjaga dan efisiensi biaya.
Dengan pengalaman bekerja di bidang multi-industri, Sukarno menempatkan keluarga dan perkembangan karir sebagai motivasi utamanya. Ketika membahas tantangan dalam pekerjaannya, ia menggarisbawahi tentang hal-hal tidak terduga yang bisa mengubah prioritas. Ia merasa sistem HSSE di industri oil and gas sudah baik dengan standar yang juga baik. Ia juga memberikan pemahaman yang seragam tentang HSSE kepada rekan-rekan Perwira terutama jika terjadi momen-momen tidak normal yang menekan. “Kami akan mendukung setiap kegiatan operasional, tetapi dilakukan dengan selamat. Kita juga akan mengimplementasikan apa yang sudah kita sepakati,” katanya.
“Tidak ada seorang pun yang ingin mengalami accident/incident. Bilamana ada accident, kebanyakan terjadi ketika kita sedang melakukan pekerjaan, akan tetapi terjadi implementasi dan analisa keselamatan kerja yang kurang tepat,” lanjutnya.
Rasa empati tinggi dan pemikiran tanggap Sukarno menjadikan ia salah satu pemenang The Best HSSE Warrior. Menurutnya, penghargaan seperti ini adalah bentuk apresiasi dari Pertamina bagi Perwira yang menunjukkan bahwa HSSE Golden Rules bukanlah slogan semata.
Selama bekerja, Sukarno selalu menganggap bahwa faktor keselamatan terpenting adalah manusia. “Operasi tanpa kecelakaan itu bisa dicapai bila semua aspek atau semua orang mau mengambil peran. Itu untuk kebaikan operasional Perusahaan manapun dan bukan hanya tugas tim HSSE saja,” imbuhnya. Menurutnya, kolaborasi yang baik dari semua tim dan sinergi dari semua bidang serta mitra kerja bisa menghasilkan operasi tanpa accident. Sistem top-down dan bottom-up, keduanya bisa memberikan hasil yang baik dimana pimpinan memberikan contoh dan Perwira bisa memberikan aspirasi atau masukan tentang bagaimana kegiatan-kegiatan bisa dilakukan dengan selamat. “Mesin itu bisa diganti, lingkungan bisa kita recover, tapi tidak dengan manusia, No Safety, No Bussiness” tutupnya.