Value Creation is a Must

  January 03, 2023
Value Creation is a Must

  January 03, 2023

Generasi muda Perwira PHI harus lebih fokus pada pekerjaan, percaya  diri, dan terus belajar tidak hanya pada satu atau dua bidang sehingga  bisa mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan.

 


 

PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) dipersiapkan  oleh PT Pertamina (Persero) pada 28 Desember  2015 untuk mengelola wilayah kerja (WK) migas  yang habis kontrak pada 2018. Tiga tahun setelah  PHI berdiri, pemerintah memutuskan untuk tidak  memperpanjang pengelolaan WK Mahakam, WK Sanga Sanga, dan WK East Kalimantan dan Attaka yang telah dikelola selama 20 tahun oleh tiga Kontraktor Kontrak  Kerja Sama (KKKS). Pengelolaan tiga WK itu kemudian diserahkan kepada  Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) yang mengelola  WK Mahakam, PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) untuk WK Sanga  Sanga, dan PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) untuk WK East  Kalimantan dan Attaka.

 

PHM menggunakan skema bagi hasil cost recovery, sedangkan PHSS  dan PHKT skema bagi hasil gross split. Pada ketiga perusahaan, terdapat  manajemen sendiri, baik dewan direksi maupun dewan komisaris dan PHI  menjadi induk usaha bagi ketiganya.

 

PHI berperan sebagai wadah percampuran dari berbagai budaya yang  berasal dari KKKS sebelumnya. Salah satunya dengan menyerap praktik-  praktik terbaik dari masing-masing KKKS demi meningkatkan kemampuan  perusahaan dalam menciptakan nilai tambah dan pertumbuhan yang  sehat.

 

Titik krusial bagi PHI adalah saat alih kelola pada 2018. Dimulai dengan  alih kelola PHM pada Januari, selanjutnya PHSS pada Agustus PHSS dan  PHKT pada Oktober. Alhamdulillah, semuanya berjalan mulus dengan  dinamika masing-masing. Apapun itu, semua program kerja dijalankan.  Pada periode 2018-2019, banyak pembuktian bahwa tiga anak usaha PHI  ini bisa mengelola WK terminasi. Padahal, dilihat dari usia lapangan yang  sudah mature, 40-50 tahun berproduksi, tentunya ini tidak mudah.

 

Dilihat dari subsurface, tak memungkinkan Delta System mencari original  minyak. Ibarat kata, di sana tinggal mangkoknya. Yang besar-besar sudah  habis, tinggal mencari yang kecil-kecil. Di situ tantangannya. Belum lagi  perlu effort dalam kontraktual, produksi, dan sumber daya manusia (SDM).  Ini masing-masing dari eks operator lama. PHM dan PHKT, karakter SDM-  nya cukup unik dan masing-masing punya keunggulan. Itu mungkin beban  berat. Tapi dilihat dari perjalanannya pada 2018-2019 berlangsung smooth  dan sudah membukukan keuntungan positif.

 

Menginjak tahun 2020, pada Juni dibentuk holding-subholding Pertamina.  Saya masuk di PHI pada Juni 2020. Saya melihat PHI punya banyak  keunggulan, hanya masih ada sedikit “kotak-kotak”: PHM sendiri,

PHKT sendiri, PHSS sendiri. Saya lihat ini sesuatu yang menarik untuk  operasional mereka karena entitas masing-masing sudah running  dengan pola operasi yang lama. Waktu itu, kami mulai mencoba konsep

borderless. Awalnya dari subsurface, namun akhirnya saya melihat peluang  itu untuk logistik, material, komersial, dan termasuk orang. Saya melakukan mapping dan membongkar semuanya.

 

Tidak semua ikut dalam perubahan. Kami perlu  tegas. Mau ikut atau tidak? Kalau tidak, mohon  maaf ganti (personel) dulu. Kadang-kadang  irama dulu saat saya di PEP terbawa ke sini. Baru  setelah itu, mulai kami pecah. Artinya, aspek-  aspek yang positif kami jadikan lebih dahsyat.

Saya bilang nanti jadi center of excellence.  Segala hal yang bagus kami kembangkan. Mulai  di PHM, bagus kemudian direplikasi di PHSS  terutama drilling. Yang bagus di PHSS, yang  benar-benar murah, diterapkan di PHM. PHKT  juga punya keunggulan dari sisi well service. Jadi,  saling membaur. Baru mulai di-blend.

 

Setelah terbentuk Subholding Upstream  Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi  (PHE), entitas tiga anak usaha (AP) PHI tetap  dipertahankan. Sebelumnya, banyak direktur  dan komisaris. Sekarang direktur hanya satu  untuk PHM, PHKT, dan PHSS, yaitu saya sendiri.  Kepada para GM di tiga anak usaha PHI itu saya  bilang secara operasional berjalan seperti biasa,  apalagi ketiga AP itu sudah advance. Untuk apa saya masuk ke sana? Baru, kalau ada yang  kurang, saya masuk, saya bongkar.

 

Awalnya memang ada resistensi. Salah satunya  soal remunerasi di salah satu AP. Namun,  sesuai perjanjian kerja bersama, SDM bersedia ditempatkan di mana saja. Perlu ada pendekatan. 

Salah satunya Management Walkthrough  (MWT). Apalagi kini mereka sudah membaur.  Contoh di PHM, sebanyak 400-500 orang sudah  tersebar ke mana-mana, bahkan ada yang di luar upstream Pertamina. Kalau performa bagus akan  mendapatkan penempatan yang bagus. Proses  ini berlangsung enam bulan, termasuk soal data  SDM.

 

Saya tetap menjalankan program, termasuk yang  strategis karena bisa mengefisiensikan biaya  operasi, yaitu borderless. Adanya zona, yaitu  Zona 8, 9 dan 10 di Regional 3 Kalimantan malah  positif dalam pelaksanaan borderless. Kegiatan  pengeboran bisa dilakukan karena masih satu  bendera Pertamina. Di masa sebelumnya, ini  tidak bakal kejadian. Kecil kemungkinan ada  unitisasi. Kami bor di South Handil sebanyak 2-3  sumur, berhasil. Ada beberapa pekerjaan juga  dari subsurface, kami bor. Termasuk yang di

luar ekspektasi adalah adanya peresmian pipa  gas pada awal Januari 2021. Kalau operator  lama, tidak akan terjadi pipa gas sepanjang  6,7 km dapat mengoneksikan PHM dan PHKT sehingga menambah gas. Ada beberapa sumur  PHM sekarang bisa masuk. Tinggal kalkulasi saja  secara operasional lebih dekat ke sini.

 

Contoh lain lagi penutupan Terminal Santan.  Semua nanti ke Senipah. Ini kan minimal dapat  mengurangi biaya marine. Artinya, pada fase saya  itu lebih banyak mendobrak. Dari level subsurface,  surface facilities, drilling juga banyak kami pakai  rig PHM terus ke PHKT. Ada pemanfaatan fasilitas  bersama, ada facility sharing agreement (FSA).

Apapun cost yang keluar, minyak PHSS masuk  ke Terminal Santan. Artinya FSA itu berapa saja  produksi, dibagi dua di antara PHKT dan PHM. SKK Migas cukup mengetahui. Minyak dicampur  juga PT Kilang Pertamina Internasional juga harus  tahu. Artinya, aspek compliance sudah terpenuhi.  Kami bicara borderless secara teknikal. Support  perizinan perjanjian dan lain-lain, sudah masuk  dalam radar kita. Setelah fokus pada tiga entitas yakni PHKT, PHSS,  dan PHM, per 1 April 2021 PHI menambah entitas Pertamina EP Asset 5 plus PHE yang besar-  besar seperti Simenggaris, Nunukan, Ambalat,  East Ambalat. Ini tantangan tersendri. Minimal  kami mengelola satu entitas full cycle. Case  hanya untuk eks PEP Asset 5. Untuk operasional  bisa tetapi urusan legal, relations dan finance  masih dipegang Regional 2 (PEP). Ini sudah saya  sampaikan kepada komisaris PEP bahwa PHI  tak bisa menangani 100%. Istilahnya kantongnya  masih terpisah kiri-kanan, jadi ketat termasuk di  zonanya. Saya  optimistis ke depan field di eks

PEP Asset 5 bisa memiliki performa positif seperti  PHM, PHKT dan PHSS. Buktinya, Field Tanjung  dan Field Sangasanga memperoleh predikat  Emas pada PROPER 2021. Tahun ini Bunyu Field  dan Tarakan Field berhasil mendapatkan PROPER  emas. SUPREME paket lengkap Pertamina. PHM  sudah sangat bagus, PHSS sudah bagus. Pada  2020, PEP Asset 5 masih orange, masih belum  bagus. Alhamdulillah, kini sudah membaik. 

 

Saya sangat memperhatikan eks PEP Asset  5 karena saya pernah jadi GM di sana. Tahu  persis persoalannya. Saya mengusulkan  Dolphin Facility. Minyak di Sembakung, tidak

save akhirnya PEP sewa kapal. PEP berencana  memperbaiki nilainya Rp140 miliar. Begitu  gabung dengan PHI (via PHKT), biaya yang keluar  bisa ditekan signifikan hingga akhirnya keluar  angka Rp639 juta. Alhamdulillah SKK Migas  setuju. Akhirnya surat keluar khusus menyatakan  ada 16 ton di-pumping dari PHKT ke PEP. Itu  membuktikan borderless jalan. Saya mimpi waktu  jadi GM PEP Asset 5, gas di Sangasanga bisa  dijual ini setengah mati lalu kami membangun  station compressor tetapi tidak ekonomis.

Dengan adanya sistem borderless, membangun  pipa hanya 6 kilometer (km), di-compress bisa  dijual ke PLTGU Tanjung Batu. Orang produksi  dan fasilitas membangun infrastruktur, orang  komersial berjuang untuk gas masuk ke sistem  East Kalimantan. Mulai 16 September 2022,  kami jual gas MKL sebanyak 5 MMscfd ke PLN  Tanjung Batu harganya 8% dari ICP sekitar US$7  per MMscfd. Lumayan ada revenue. Tadinya tak  diapa-apain. Itu keberhasilkan luar biasa juga.

 

Ada lagi minyak dari Semberah PEP selama ini  dibawa trucking sejauh 150 km ke Sangatta.  Kami memasang pipa sepanjang 13 km dari  Samberah PEP ke PHSS agar minyak masuk ke  Terminal Santan. Biaya trucking hilang, masuk  ke biaya Santan. Begitu dibuka, teman-teman  banyak yang usul. Sangatta, misalnya, selama ini

bicara gas susah. Banyak sumur gas kalau dibuka  bisa dijual buat jargas, dan lain-lain. Setelah itu  banyak setting masalah logistik transportasi.

PHM punya ratusan kapal. Kalau dulu sewa  tugboat kalau ada pengapalan, Sangatta sewa  spot lebih mahal. Sekarang sewa ke PHM dengan  tarif sekian kami bisa saving sekitar Rp40 miliar.  Nilainya mungkin belum signifikan, tapi saya  menilai kerja samanya. Tentu eksistensi ada.

Komunikasi jalan. Semua kita buka. Terkait soal SDM dan penempatannya kami  diskusikan mana yang terbaik. Level tertentu  diputuskan di SHU. Kami hanya memberikan  usulan masing-masing fungsi atau pembinanya.  So far banyak hal positifnya. Ini juga terkait

Terkait soal SDM dan  penempatannya kami  diskusikan mana yang  terbaik. Level tertentu  diputuskan di SHU. Kami  hanya memberikan usulan  masing-masing fungsi  atau pembinanya. So far  banyak hal positifnya.

Ini juga terkait dengan  restrukturisasi organisasi.  Saya merasa sudah selesai.  Artinya secara operasional  sudah berjalan. Memang  ada kebijakan di SHU, lagi berproses tapi soal  operasional regionalisasi  sudah berjalan. Untuk PEP  masih ada “pagar-pagar”  untuk beberapa fungsi.

 

dengan restrukturisasi organisasi. Saya merasa  sudah selesai. Artinya secara operasional  sudah berjalan. Memang ada kebijakan diSHU, lagi berproses tapi soal operasional  regionalisasi sudah berjalan. Untuk PEP masih  ada “pagar-pagar” untuk beberapa fungsi.

 

Kalau dari sisi produksi sejak kami  mendapatkan insentif program hasilnya jauh  lebih baik. Tren PHM sekarang sejak proyek  onstream di level 560 MMscfd. Kalau PHSS,  baru mau mulai. Butuh 6-7 bulan persiapan.  Kami eksekusi Juli 2022, sudah ramp up  produksi ke 9.000-an barel. Tapi tren naik, dan  di 2023 akan lebih masif lagi. PHM itu ada  103 sumur, PHSS sekitar 5 sumur. PHKT saya sempat hitung di 8.000-an barel sekarang naik  di 9.000-9.200-an barel karena ada dua sumur  cukup besar. Nanti ada beberapa sumur lagi.

Saya kira pada Desember 2022 mulai naik  tapi trennya semua naik karena programnya  ini sudah dieksekusi semua. Menurut saya  improve minyak dan gas naik pada 2023 sampai 2024. Pada 2019 memang ada decline  tapi mudah-mudahan pada 2022 relatif  bertahan. Pada kuartal III dan IV 2022 naik lagi  sesuai dengan proposal permintaan insentif  yang kami sampaikan akan ada kenaikan  bertahap. Kalau dari sisi finance pada 2020  memang terpuruk dan mulai membaik pada  2021. Kami prediksi nett profit tahun ini di level  US$300-an juta.

 

sehingga ketika dibor cadangannya langsung  habis. Dengan ada pengeboran pun masih ada  timeline 5-6%. Kalau di PHSS, mungkin nanti  2023 mulai terasa. PHKT juga. Kemarin sempat  turun, sekarang sudah mulai naik lagi. Jadi harus  hati-hati kalau menaikkan produksi mesti pelan-  pelan. Punya seninya tersendiri.

 

Teman-teman PHI sangat bersemangat. Apalagi  SDM kami adalah orang-orang yang bagus. Berbekal pengalaman masing-masing, orang di  PEP, PHM, PHSS, PHKT masing-masing sudah  jauh lebih bisa berkomunikasi dengan baik. Saat  ini 54% SDM PHI adalah anak-anak muda.

 

Dari sisi kompetensi mereka tidak diragukan.  Bekalnya bagus-bagus. PHM lebih ke spesialisasi  jadi mereka pengetahuan mereka benar-benar  dalam. Begitu mereka mau diperkaya dengan  yang lain kadang-kadang mereka agak kurang  nyaman. Kalau PHSS dan PHKT relatif sama  seperti PEP. Saya mentreat-nya agak berbeda.

Saya sampaikan ke level manajer harus dibekali  berbagai hal sesuai dengan jenjangnya. Karena  kalau sekarang akselerasi, mungkin terjadi  dengan adanya IJP (Internal Job Posting). Untuk  jenjang/level tertentu mesti masuk pendidikan  khusus untuk manajerial. Itu sebenarnya bekal.  Saya lihat itu ini tak begitu berjalan. Kalau zaman  dulu mungkin PPEP, tapi itu sebenarnya lompat langsung ke atas. Ini kadang-kadang banyak yang  belum menerima itu jadi kalau disuruh assesment  saja kadang-kadang bilang “Waduh mana gue  tahu?”.

Saya pernah mengobrol dengan Pak Satya  (red: eks VP Business Support PHI). Kita perlu panggil siapa untuk memotivasi menyampaikan  hal-hal yang sifatnya manajemen sesuai dengan  kondisi saat ini. Di fungsi-fungsi tertentu mereka  menjalankan sendiri. Saya akan minta HC  membuat program. Itu perlu karena saya lihat ada  yang muda ke IJP. Dia dapat, tapi saat memegang  posisi kelabakan. Di sini perlunya mentoring  coaching setiap hari dilakukan. Kalau dilepas  ngeri juga. Ya itu tadi mungkin tidak dibekali  dengan konsep manajemen atau leadership yang  kuat.

 

Saya pernah mengobrol dengan Pak Satya  (red: eks VP Business Support PHI). Kita perlu panggil siapa untuk memotivasi menyampaikan  hal-hal yang sifatnya manajemen sesuai dengan  kondisi saat ini. Di fungsi-fungsi tertentu mereka  menjalankan sendiri. Saya akan minta HC  membuat program. Itu perlu karena saya lihat ada  yang muda ke IJP. Dia dapat, tapi saat memegang  posisi kelabakan. Di sini perlunya mentoring  coaching setiap hari dilakukan. Kalau dilepas  ngeri juga. Ya itu tadi mungkin tidak dibekali  dengan konsep manajemen atau leadership yang  kuat.

 

Kalau dia tidak membekali upgrade skill dirinya, ya  sudah. Sekarang harus berani sampaikan suara.  Boleh dibilang agak jualan dikit, kalau tidak begitu  akan ketinggalan. Beda kompetisinya. Kalau dulu  di PEP saya bilang secara operasi yang penting  kerja bagus, gue perhatikan. Kalau sekarang tidak. Mekanisme IJP kalau tidak lewat bersaing  di Fit and Proper Test. Saya setiap ke lapangan  masih mengingatkan teman-teman yang muda-  muda. Saya minta GM minimal sebulan sekali  menyampaikan sharing.

 

Bagi generasi muda PHI, pesan harapan saya  adalah agar Anda lebih fokus dengan pekerjaan.  Semangat paling penting. Pun percaya diri dan  terus belajar tidak hanya di bidangnya saja. Secara manajerial, harapannya kalau itu dijalani,  mudah-mudahan mereka bisa bertahan ambil  alih tongkat estafet.

 

Persaingan ke depan semakin ketat termasuk  era transisi energi. Kalau dari sisi produksi latar  belakang transisi energi dibutuhkan, sementara  PHI dominan gas. Kalau kembali ke orang,  menghadapi perubahan mungkin persentasenya  berkurang tapi angka nominal tetap dibutuhkan.

Saya bekali teman-teman bahwa oke kondisi saat  ini profesional di bidangnya. Entah itu berubah, dia  bekali dirinya selain ilmunya dan ilmu tambahan.  Kalau mau dibilang berubah fosil dihilangkan.

Saya pikir tidak seperti itu. Fosil pada 2040-2050  tetap masih ada. Saya berharap SDM kita bekali  kompetensi, bekali diri kira-kira ke depan seperti  apa. Untuk SDM saya tekankan profesional.

 

Saya pribadi selaku Dirut PHI masih optimistis  dengan kondisi saat ini. Walaupun tantangan  berat, kami masih bisa melakukan rencana kerja  masif bisa berikan kontribusi produksi migas  untuk lebih baik akan jalan pada 2023-2027. PHM  masih oke, PHSS lebih lama, PHKT juga. Tentunya  multiplier effect industri Kalimantan baik itu untuk  pupuk metanol amoniak, pembangkit listrik, masih  mendapatkan gas dari kami. Artinya kami melihat  impact ke tenaga kerja lokal dan perekonomian  masih hidup. Operasi Badak NGL masih terus  dapat kami dukung. Masih ada optimisme tinggi  khususnya di Kalimantan. Berikan energi untuk  negara. Rencana Jangka Panjang Perusahaan  (RJPP) 2030 optimistis bisa tercapai. (*),

 

Teman-teman PHI sangat  bersemangat. Apalagi SDM  kami adalah orang-orang yang  bagus. Berbekal pengalaman  masing-masing, orang di PEP,  PHM, PHSS, PHKT masing-  msaing sudah jauh lebih bisa  berkomunikasi dengan baik.

Saat ini 54% SDM PHI adalah  anak-anak muda.5

DOWNLOAD